SEMARANG - Aroma politik uang (money politics) mulai menyeruak menjelang Musyawarah Wilayah (Muswil) PPP Jateng yang akan digelar 26-27 Februari.
Menurut mantan Wakil Ketua DPW PPP Jateng Ahmad Munir Syafii, aroma tersebut belakangan ini kian kuat.
”Saat ini mulai muncul gerakan-gerakan dari sejumlah oknum pengurus DPP PPP untuk memengaruhi cabang-cabang. Ini sangat memprihatinkan,” ungkapnya, kemarin.
Menurut dia, hal itu harus diwaspadai. Jangan sampai Muswil PPP Jateng menyebabkan calon yang benar-benar berkualitas dan mumpuni tersingkir karena ada calon lain yang hanya mengandalkan kekuatan uang. Muswil PPP Jateng juga diharapkan tidak seperti muswil di provinsi lain yang indikasi praktik politik uangnya sangat kental.
Munir menambahkan, menghadapi Pemilu 2014 yang bakal semakin berat, PPP harus berani memilih pemimpin dari kelompok muda. Dengan energi muda, maka peluang untuk mengembalikan suara PPP yang cenderung menurun sangat terbuka.
Mantan ketua DPC PPP Kota Tegal tersebut mengatakan, generasi tua harus tahu diri dan memberi kesempatan kepada generasi muda, sebab generasi tua yang telah diberi kesempatan ternyata kurang mampu membawa partai menjadi lebih baik.
Munir yang juga pernah menjadi anggota DPRD Jateng menyatakan dirinya tidak mau dicalonkan di kepengurusan PPP atau di DPR kelak, sebab usianya sudah di atas 60 tahun. Sebab itu, dirinya merasa cukup menjadi sesepuh PPP saja, khususnya di daerah Tegal dan sekitarnya.
”Saya tahu diri, saya tidak ingin seperti Pak Harto, mabuk kekuasaan sehingga lupa diri,” ucapnya.
Intervensi DPP Anggota Majelis Pertimbangan Partai (MPP) DPC PPP Kabupaten Semarang Lubabul Fuad menuding, ‘’virus’’ money politics itu disebar oleh oknum-oknum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) yang ingin memaksakan kadernya menjadi ketua DPW PPP Jateng. Mereka akan terus melancarkan jurus-jurus untuk mengegolkan calonnya.
Intervensi dari oknum DPP PPP sudah dilakukan di sejumlah provinsi lain. Calon yang berasal dari kalangan kiai karismatik dikalahkan oleh figur yang tidak memiliki latar keagamaan kuat. Tokoh PPP yang akrab disapa Gus Lubab itu sepakat bahwa PPP perlu dipimpin generasi muda. Pemimpin yang masih muda akan lebih progresif.
”Pemimpin harus bisa menjembatani komunikasi dengan semua kader, baik generasi muda maupun tua. Yang pasti harus memiliki kemampuan,” kata Gus Lubab yang pernah dua periode menjadi ketua DPC PPP Kabupaten Semarang. (Suara Merdeka, 15 Februari 2011)