PENGUMUMAN: Dibuka pendaftaran bakal calon anggota DPRD Kabupaten Tegal, mulai 1 Januari s/d 28 Februari 2013. Info: Hubungi DPC PPP Kabupaten Tegal, telp.(0283)3275717 | Eko Mahendra Ridho

Follow Us

HEADLINE NEWS

DPC PPP Kabupaten Tegal ©2008-2012 All Right Reserved. Diberdayakan oleh Blogger.
Baca lainnya »
Baca lainnya »
Baca lainnya »
Baca lainnya »
Tampilkan postingan dengan label SURVEY. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SURVEY. Tampilkan semua postingan

Survei SMRC: PPP Harus Kerja Lebih Keras

03 Februari 2013


Jakarta - Dalam rilis survei terbaru yang dilakukan Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), Partai Demokrat lagi-lagi terpuruk dalam hasil survei dengan mengalami penurunan tajam persentase dukungan dari para responden. posisi Demokrat kini berada pada posisi ketiga, yaitu di bawah 10 persen.

"Ada dua partai alami penurunan tajam PD dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang terus alami kenaikan Partai Golkar (PG) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)," kata Direktur Riset SMRC, DJayadi Hanan, saat merilis hasil survei di hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Minggu (3/1).

Menurut hasil survei SMRC, Partai Golkar (PG) menempati posisi teratas sebesar 21,3 persen, diikuti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sebanyak 18,2 persen, Demokrat 8,3 persen, dan Partai Gerindra 7,2 persen.

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mendapat 5,6 persen, Partai NasDem 5,2 persen, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 4,1 persen dan PKS hanya mendapat 2,7 persen. Sementara  dua posisi bontot ditempati Partai Amanat Nasional (PAN) yang hanya meraih 1,5 persen dan Partai Hanura 1,4 persen.

Hasil tersebut didapatkan SMRC melalui pertanyaan "Partai atau calon anggota DPR partai mana yang dipilih bila pemilihan anggota DPR diadakan sekarang?"

Survei dilakukan terhadap 1220 responden berusia 17 tahun ke atas melalui wawancara tatap muka responden mulai 6-20 Desember 2012 dengan toleransi kesalahan atau margin of error tiga persen. Prosedur survei yaitu multistage random sampling.

"PD kita lihat terus menerus turun sampai delapan persen, tapi Golkar diatas dan PDIP naik," kata DJayadi lagi.

Yang juga menarik menurutnya adalah posisi Partai Gerindra yang dianggap sudah dalam posisi yang cukup memimpin di kalangan partai menengah.

"Sementara PAN dan PKS stabil di angka itu-itu saja," tutupnya.

Sebagai informasi, dengan survei yang dilakukan pada awal hingga pertengahan Desember, artinya para responden belum terpengaruh sejumlah kasus terbaru yang melibatkan kader parpol. Berbagai kasus tersebut adalah kasus narkoba artis Raffi Ahmad yang sempat menyeret kader PAN Wanda Hamidah dan kasus dugaan suap izin impor daging sapi yang diduga melibatkan mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq. (Rimanews, 3 Februari 2013)

Pemilih PPP Mayoritas di Desa

26 Juli 2012


Jakarta - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tetap optimis akan mendapat peningkatan suara pemilih pada Pemilu 2014. Optimisme menyikapi hasil survei harian Kompas yang menempatkan partai ini diurutan ketujuh dengan angka elektabilitas 1 persen.

Sekjen PPP, M Romahurmuziy, menilai hasil survei harian nasional itu makin menegaskan, partainya adalah partai desa. Sebab, kebanyakan responden survei itu adalah masyarakat kota. Sementara, pemilih PPP ada di desa.

"Saya tidak resah dengan hasil surveu itu. Kalau kita baca, pertanyaan yang dimuat grafis di sebelahnya, disebutkan partai apa yang Anda pilih di 2009, dan PPP hanya (mendapat) 1,2 persen. Padahal, realitasnya saat itu 5,5 persen, Demokrat juga (memperoleh) 12,8 persen dan realitasnya 21 persen," ujar Romahurmuziy di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (25/7/2012).

"Jadi memang, survei di Kompas itu meneguhkan jika PPP partai desa. Survei itu dilakukan menggunakan nomor telepon di 33 ibukota propinsi, menunjukkan rendahnya elektabilitas di basis perkotaan," ujarnya lagi.

Hasil survei harian Kompas pada Selasa (24/7/2012) kemarin, menempatkan Partai Demokrat berada di urutan pertama dengan angka elektabilitas sebesar 12,8 persen. Di urutan kedua ada PDI-P dengan elektabilitas 9,1 persen dan Partai Golkar di urutan ketiga dengan 6,9 persen.

Di bawah Partai Golkar secara berturut-turut, yakni Partai Gerindra dengan 6,4 persen, Partai Nasional Demokrat (NasDem) dengan 4,5 persen, PKS dengan 2,5 persen, PPP dan Hanura dengan 1 persen.

Dari survei itu, sebanyak 30,8 persen responden belum menentukan pilihan, 15,3 persen tidak memilih, dan 7,3 persen tidak menjawab. Disebutkan, parpol yang tidak memiliki perolehan suara di atas 3,5 persen tidak dapat lolos ke DPR lantaran ambang batas parlemen yang ditetapkan dalam Undang-undang Pemilu sebesar 3,5 persen.

Menurut Romy, sapaan Romahurmuziy, hasil survei menjadi penegasan, bahwa partainya harus fokus mencari dan meraih suara pemilih di desa. dan pemilih di desa.

"Dan pada kontes, Indonesia mayoritas adalah petani sehingga kami tidak kaget dengan survei kemarin, karena respondennya ada di perkotaan," ujar Romy yang juga Ketua Komisi IV DPR RI itu. (Tribun News, 26 Juli 2012)

Survey LSN: Keterpilihan Rata-rata Partai Islam di Bawah 5 Persen

27 Juni 2012


Jakarta — Riset Lembaga Survei Nasional (LSN) memperlihatkan partai-partai Islam atau partai berbasis massa Islam sudah tidak eksis dalam dunia percaturan politik Indonesia. Partai tersebut antara lain Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

"Dari hasil survei, jika pemilihan umum dilaksanakan hari ini, jawabannya untuk partai Islam, elektabilitasnya rata-rata di bawah 5 persen," kata Direktur Eksekutif LSN Umar S Bakry dalam jumpa pers di Hotel Atlet Century Park Jakarta, Selasa (26/6/2012).

Dalam survei LSN, partai-partai Islam semakin ditinggalkan konstituennya. Awal Pemilu 1999, konstituen partai-partai Islam sebanyak 36,52 persen. Tahun 2004 meningkat 38,39 persen. Namun, pada Pemilu 2009 menjadi 29,14 persen, hingga survei Juni 2012 menurun menjadi 15,7 persen.

Menurut Umar, dukungan terhadap partai Islam merosot dilihat dari faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal seperti masyarakat Indonesia, meski mayoritas umat Islam, secara politik kurang ideologis. Faktor lain adalah dari partai itu sendiri, yakni krisis identitas.

"Partai-partai yang dulu mengklaim mewakili kepentingan umat Islam belakangan cenderung memosisikan dirinya sebagai partai terbuka, meskipun masih menggunakan simbol-simbol Islam," ungkapnya.

Selain itu, partai Islam juga krisis tokoh pemimpin. Para politisi yang aktif atau memimpin partai-partai tersebut kurang mendapat dukungan publik untuk menjadi presiden RI 2014-2019. Tokoh-tokoh partai Islam juga berada di bawah 5 persen, seperti Hidayat Nur Wahid (4,6 persen), Hatta Rajasa (3,9 persen), dan Yusril Ihza Mahendra (3,2 persen).

Posisi tertinggi ada pada tokoh partai nasionalis atau non-Islam, seperti Megawati Soekarnoputri (18 persen) dan Prabowo Subianto (17,4 persen). Menurutnya, partai-partai tersebut harus segera berbenah, melakukan konsolidasi, menemukan identitas diri, serta mengakomodasi dinamika aspirasi dan kepentingan mayoritas umat Islam Indonesia.

Namun hingga saat ini, LSN menilai tidak ada gerakan dari partai-partai tersebut untuk menyongsong Pemilu 2014. "Sampai detik ini belum ada gebrakan partai-partai Islam menyongsong Pemilu 2014. Tidak seperti partai lain, sampai saat ini kita belum melihat sosialisasi ataupun mobilisasi dukungan," lanjutnya. (Kompas, 26 Juni 2012)

Terkait Hasil Survey, PPP Sebut Ada Empat Penyebabnya


Jakarta - Sekjen Partai Persatuan Pembangunan(PPP), M. Romahurmuziy mengatakan ada kesalahpahaman mengenai hasil survei yang menyebut partai Islam akan tenggelam.

"Sebenarnya itu bukan masalah Islam atau tidak Islam. Itu masalah partai menengah, yang disebabkan oleh empat hal," kata pria yang akrab disapa Romy ini kepada Tribunnews.com, Rabu(27/6/2012).

Empat hal yang dimaksud Romy itu adalah karena relatif lemah dalam kemampuan memunculkan pemimpin nasional yang berkarakter kuat. Partai-partai menengah, termasuk PPP, belum memiliki figur yang memiliki jam terbang politik yang memadai dibandingkan dengan partai-partai papan atas.

Partai-partai papan atas, dipimpin oleh politisi berjam terbang lebih dari 3 pemilu. Sementara, 59% masyarakat yang berpendidikan rendah (tidak lulus SD, lulus SD dan SMP), umumnya menilai partai dari karakter figur pemimpinnya. Sehingga, partai-partai papan atas diuntungkan oleh kuatnya karakter dan tingginya jam terbang pemimpinnya.

"Jadi, lambatnya regenerasi kepemimpinan dalam parpol, alih-alih menjadi persoalan, ternyata justru menjadi faktor yang menguntungkan dalam hal elektabilitas," kata Romy.

Kedua menurut Romy karena posisi minoritasnya di parlemen, partai-partai menengah yang tidak kunjung bersatu, kurang mampu tampil menjadi penggerak manuver politik di tingkat nasional.

Selanjutnya karena demokrasi subtansial, dibajak oleh demokrasi prosedural yang didominasi kosmetika pencitraan yang berbiaya tinggi. Akibatnya, partai menengah yang relatif terbatas aksesnya kepada sumber-sumber keuangan, secara faktual frekuensi penampilannya di media jauh lebih rendah dibandingkan partai papan atas.

Lebih jauh Romy menambahkan adanya pemberian ruang yang dominan di media massa atas tampilnya pemikir, pengamat, dan akademisi yang berorientasi politik sekuler. Sedikit banyak, lontaran-lontaran pemikirannya membentuk opini publik khususnya di kalangan menengah ke atas, yang umumnya kelas menengah itu juga pada gilirannya berperan sebagai local opinion maker.

"Namun demikian, terlepas dari motif dan momentumnya, masukan dari berbagai survey, tetap kita jadikan sebagau masukan untuk perbaikan kinerja ke depan,"pungkasnya.

Seperti diketahui sebelumnya, Direktur Eksekutif Lembaga Survei Nasional (LSN), Umar S Bakry mengatakan Partai yang berbasis massa Islam lambat laun akan tenggelam dari percaturan politik di Indonesia.

"Ada krisis identitas di kalangan partai dan politisi islam," kata Umar S Bakry dalam pemaparan hasil surveinya yang digelar di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (26/6/2012).

Menurut Umar S Bakry, krisis identitas ini lantaran kurangnya kepercayaan diri dari politisi dan partai, apalagi sekarang beberapa partai Islam memposisikan dirinya sebagai partai terbuka. Selain itu, banyak partai dan politisi Islam yang tidak banyak melakukan manipulatf dan perbuatan negatif.

"Parpol Islam tidak memberikan akomodasi kepada umat islam di Indonesia," ujar Umar S Bakry. (Tribun News, 27 Juni 2012)

Survey LSI: Suara Demokrat Turun, Suara PPP?

17 Juni 2012


Jakarta - Menurut Lingkaran Survey Indonesia (LSI), jika Pemilu dilakukan saat ini, maka perolehan suara Partai Demokrat semakin menurun. Perolehan suara Partai Demokrat  melorot jauh di bawah dua partai pesaingnya, hingga di bawah 10 persen.

Survei LSI tersebut  dilakukan pada 2-11 Juni 2012, dengan metode multistage random sampling dari 1.200 responden. Peneliti LSI Alfaraby di Jakarta Minggu (17/6) mengatakan, dukungan publik terhadap Partai Demokrat kini tinggal 11.3 persen. Menurut Adji, jika dibandingkan dengan survei sebelumnya sejak Januari 2011, dengan hasil 20.5 persen, maka hingga Januari 2012, elektabilitas Partai Demokrat merosot ke 13.7 persen.

Dari hasil survei itu, Golkar berada diurutan pertama, dengan menembus angka di atas 20 persen atau tepatnya 20.9 persen. Adjie menambahkan, sedangkan untuk partai lain, seperti Gerindra, PKS, Nasdem, PKB, PPP, dan Hanura/ tidak mendapatkan dukungan di atas 5 persen dari survei itu. Sementara itu responden yang belum menentukan dukungan terhadap partai sebesar 31.4 persen. (SPFM News, 17 Juni 2012)

Survey LSI: Megawati Tertinggi, Ani Yudhoyono Terendah


JAKARTA- Partai Demokrat seperti harus berjibaku jika benar ingin mengusung Ani Yudhoyono. Pasalnya dalam peninjauan yang digelar Lembaga Peninjauan Indonesia (LSI), ibu negara ini berada di posisi juru kunci.

Peneliti LSI, Adjie Alfarabi, memberikan penjelasan dari 1.200 responden pada 2-11 Juni lalu, hanya 6,5 persen yang memilih Ani untuk maju sebagai calon presiden.

“Megawati dipilih sebesar 18,3 persen, diikuti oleh Prabowo sebesar 18 persen dan Aburizal Bakrie 17,5 persen. Dukungan lainnya sebesar 6,8 persen kepada Ketua Umum PAN, Hatta Rajasa,” tutur Adjie.

“Sehingga calon presiden divisi utama saat ini adalah pertarungan tiga tokoh saja, yakni
Megawati, Prabowo, dan Aburizal Bakrie,” tegasnya.

Prabowo Unggul daripada Dahlan Iskan dan Mahfud MD
Sementara itu, LSI juga menjalankan peninjauan terhadap beberapa nama yang diperkirakan maju dalam pilpres 21014, di antaranya Wiranto, Hatta Rajasa, Surya paloh, Mahfud MD, Dahlan Iskan.

“Dari beberapa tokoh itu, Prabowo memperoleh dukungan sebanyak 23,9 persen. Artinya Prabowo memimpin kekuatan poros tengah,” tuturnya.

Sementara Wiranto hanya memperoleh 12,9 persen, Hatta Rajasa 8,1 persen, Surya Paloh 5 persen, Mahfud MD 4,5 persen, Dahlan Iskan 4,4 persen dan Sri Mulyani 2,1 persen. (Berita Parpol, 17 Juni 2012)

Elektabilitas di Bawah NasDem, PPP Merasa Tercambuk

10 Juni 2012

Jakarta - Hasil peninjauan Soegeng Sarjadi Syndicated  cukup mengagetkan. Salah satunya, elektabilitas Partai Persatuan Pembangunan berada di bawah partai anak bawang: Partai Nasional Demokrat (NasDem). Partai berlambang Ka’bah ini merasa tercambuk untuk bekerja lebih keras, tegas dan berpihak pada kepentingan rakyat.

“Dalam era pencitraan yang tak terhindarkan, politik kami juga tentu harus lebih terekspose. Karena itulah yang dikehendaki dan dibaca rakyat hari ini,” kata Sekretaris Jenderal DPP PPP Romahurmuziy kepada metrotvnews.com di Jakarta, Jumat (8/6).

Bagi PPP, peninjauan elektabilitas partai politik ibarat termometer yang menakar suhu keterpilihan. PPP akan menjadikan hasil peninjauan Soegeng Sarjadi Syndicaet sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan diri ke depan. Terlepas dari kebenaran metode dan samplingnya.

“Peninjauan bisa memberikan gambaran persepsi masyarakat,” kata politikus yang akrab dipanggil Romy itu.

Berikut hasil peninjauan yang dirilis oleh Soegeng Sarjadi Syndicaet:
1. Golkar 23 persen,
2. PDI Perjuangan 19,6 persen,
3. Demokrat 10,7 persen,
4. Gerindra 10,5 persen,
5. PKS 6,9 persen,
6. NasDem 4,8 persen,
7. PPP 3 persen,
8. Hanura 2,7 persen,
9. PAN 2,2 persen,
10. PKB 2 persen,
11. Partai lainnya 0,6 persen.

Sumber: Berita Parpol, 8 Juni 2012

PPP Merasa Tercambuk

JAKARTA — Partai Persatuan Pembangunan  mengaku menjadikan hasil jajak pendapat Soegeng Sarjadi Syndicate  sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan dalam menghadapi Pemilu 2014. Terlepas dari kebenaran metode dan sampel, survei itu dinilai memberikan gambaran persepsi masyarakat terhadap partai politik.

Hal itu dikatakan Sekretaris Jenderal PPP M Romahurmuziy melalui pesan singkat, Kamis (7/6/2012).

Sebelumnya, hasil jajak pendapat Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) menunjukkan PPP berada di posisi ketujuh dengan elektabilitas sebesar 3 persen. Partai Golkar meraih suara tertinggi sebesar 23 persen, lalu PDI-P 19,6 persen, Partai Demokrat 10,7 persen, Partai Gerindra 10,5 persen, PKS 6,9 persen, dan Partai Nasdem 4,8 persen.

Di bawah PPP, menurut SSS, yakni Partai Hanura 2,7 persen, PAN 2,2 persen, dan PKB 2 persen. Jika hasil survei itu benar dan pemilu digelar saat survei itu dilakukan,  PPP, Partai Hanura, PAN, dan PKB tak lolos ke parlemen lantaran tak memenuhi ambang batas parlemen sebesar 3,5 persen.

"Kami merasa tercambuk untuk bekerja lebih keras, lebih tegas, dan lebih berpihak kepada kepentingan rakyat. Dalam era pencitraan yang tak terhindarkan, politik kami juga tentu harus lebih terekspos," kata Romahurmuziy. (Kompas, 7 Juni 2012)

Jeblok di Survei, PPP Masih Optimis Lolos PT

JAKARTA - Hasil survei terakhir yang dilakukan Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) menunjukkan adanya kecenderungan pemilih semakin meninggalkan partai-partai berbasis Islam termasuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Dari survei SSS itu diketahui, PPP bakal gagal lolos parliamentary threshold 3,5 persen sehingga terpental dari DPR.

Meski demikian partai pimpinan Suryadharma Ali itu tetap percaya diri. Ketua DPP PPP Bidang Informasi dan Komunikasi, M Arwani Thomafi, menilai sah-sah saja jika ada lembaga melakukan survei dan memaparkan hasilnya ke publik.

Menurut Arwani, PPP juga terus mencermati dinamika politik di masyarakat melalui survei internal. Hasilnya, kata Arwani, justru menunjukkan hal berbeda.

"Monggo siapa saja boleh melakukan survei dengan cara masing-masing. Kita mempunyai tim surves sendiri yang terus memonitor perkembangan. Konsolidasi juga jalan terus. Data dari tim menunjukkan perkembangan PPP yang bagus di lapangan," kata Arwani saat dihubungi JPNN, Rabu (6/6).

Lebih lanjut Arwani menambahkan, konsolidasi partai terus diintensifkan hingga lapisan terbawah. Arwani pun optimis partainya sudah siap bertarung di Pemilu 2014.

"Seluruh struktur partai sudah sangat siap utk memulai tahapan pemilu 2014. Kita yakin PPP akan melampaui angka yang jauh lebih besar dari hasil survei itu," ucapnya.

Dari hasil survei SSS pada 14-24 Mei 2012 di 33 provinsi, mayoritas responden memilih partai nasionalis dibanding partai agama. Partai nasionalis itu adalah PDIP, Golkar, Gerindra, Demokrat, dan Hanura. Sementara partai agamis adalah PKS, PAN, PPP, dan PKB.

Golkar unggul dengan raihan 23 persen. Kemudian disusul PDIP 19,6 persen; Demokrat 10,7 persen, Gerindra 10,5 persen. Sementara PKS meraih 6,9 persen, Nasdem 4,8 persen, PPP 3 persen, Hanura 2,7 persen, PAN 2,2 persen, PKB 2 persen, dan lainnya 0,6 persen. (JPPN, 6 Juni 2012)

Parpol Agama Butuh Kerja Keras

JAKARTA – Partai politik (parpol) berbasis agama masih butuh usaha yang besar untuk memenangi Pemilu 2014. Sebab, mengacu pada berbagai survei, partai-partai yang beridentitaskan agama belum menjadi saluran aspirasi utama masyarakat.

Ketua DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Marwan Jafar mengakui sejumlah hasil survei tentang partai berbasis agama.Menurut dia,Indonesia memang mayoritas beragama Islam sehingga logikanya parpol berbasis Islam bisa menang.“ Kenyataannya tidak demikian,” kata dia di Jakarta kemarin. Sebelumnya, Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) merilis survei yang menyatakan mayoritas responden memilih partai nasionalis dibandingkan partai agama.

Partai nasionalis itu adalah PDIP,Golkar,Gerindra, Demokrat, NasDem, dan Hanura. Sementara itu,partai berasas agama adalah PKS, PAN, PPP,dan PKB. Hasilnya,Golkar unggul dengan raihan 23%,disusul PDIP dengan 19,6%, Partai Demokrat 10,7%, Gerindra 10,5%. PKS menjadi satu-satunya partai Islam yang lolos ke parlemen dengan raihan 6,9%.

Posisi selanjutnya diikuti Partai Nas- Dem dengan 4,8%, sedangkan partai berbasis Islam lain tidak lolos. Partai-partai tersebut adalah PPP 3%,PAN 2,2%,dan PKB 2%. “Karena itu intinya harus bekerja keras.Parpol berbasis agama memiliki modal sejarah prestasi yang sangat baik.PKB pernah menjadi nomor tiga pada Pemilu 1999 dan 2004.Itu harus diingat.Karena itu,kalau serius digarap bisa membalikkan keadaan di Pemilu 2014,” beber dia.

Menurut dia, dalam politik itu semuanya fluktuatif. Sebenarnya soal agama yang dikaitkan dengan politik ini perdebatan klasik, menentukan landasan teokratis atau sekularisme. Namun jika ada keinginan dari umat untuk membangun partai besar, kemenangan politik itu bisa diraih. Dia menjelaskan, warga Nahdlatul Ulama (NU) pun jika disatukan akan menang. Saat ini warga NU menyebar di partai-partai nasionalis seperti Partai Demokrat dan Golkar.

Jadi, sangat mungkin PKB mengambil kembali suara warga NU yang ada di partai nasionalis besar pada Pemilu 2014. Sekretaris Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) DPR Teguh Juwarno mengemukakan, era keemasan partai berbasis agama terjadi pada Pemilu 1955.Saat itu,dia menceritakan, Partai Masyumi mampu meraup suara lebih dari 20%.

Karena itu,Teguh meminta parpol berbasis agama bisa mencontoh perjuangan Partai Masyumi pada Pemilu 1955. Salah satu kunci kemenangannya adalah arah perjuangan dan platform partai yang jelas serta dilaksanakan secara konsisten. (Sindo, 11 Juni 2012)

PPP: Survey SSS Jadi Panutan

JAKARTA - Sekretaris Jenderal DPP PPP, M Romahurmuziy, menyatakan bahwa partainya akan menjadikan hasil survei terbaru Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) sebagai pemacu kinerja yang lebih baik.

"Bagi PPP, survei elektabilitas parpol ibarat termometer yang menakar suhu keterpilihan pada saat dilakukan sampling," kata Romi, hari ini, (8/6).

PPP merasa tercambuk atas hasil survei tersebut. "Terlepas dari kebenaran metode dan samplingnya, survei bisa memberikan gambaran persepsi masyarakat. Kami merasa tercambuk untuk bekerja lebih keras, lebih tegas, dan lebih berpihak kepada kepentingan rakyat," kata Romi.

Romi menyadari bahwa partai mesti bekerja lebih banyak lagi untuk menanamkan kepercayaan pilihan masyarakat. "Dalam era pencitraan yang tak terhindarkan, politik kami juga tentu harus lebih terekspos. Karena itulah yang dikehendaki dan dibaca rakyat hari ini," kata Romi.

Dalam survei yang dirilis Rabu kemarin, PPP hanya mengantongi 3 persen suara dari 2.192 responden. Menurut koordinator SSS, Muhammad Dahlan, survei yang dilakukan dengan penelitian lapangan di 33 provinsi  mencakup 163 kabupaten kota pada 14-24 Mei 2012 dengan margin of error 2,09.

Bahkan, masih menurut survei SSS, PPP tidak mampu mengirimkan perwakilannya ke Senayan jika pemilu digelar saat ini. Selain PPP, partai tengah lainnya yang terancam adalah PKB dan PAN. Klik tautan ini untuk berita selengkapnya. (Waspada Online, 8 Juni 2012)

PPP Jadikan Hasil Survei LSI Penyemangat

01 Juni 2011


Jakarta - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) akan menjadikan hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang menyebutkan perolehan suara Partai Persatuan Pembangunan (PPP) cenderung stagnan, atau bahkan turun dibanding Pemilu 2009, sebagai penyemangat untuk bekerja lebih keras lagi.

“Kami merasa senang atas survei itu dan ini kami jadikan cambuk bahwa kami harus bisa melewati apa yang ada di survei tersebut. Hasil survei itu adalah penyemangat bagi kami,” kata Wakil Sekretaris F-PPP DPR RI Effriadi Asda kepada wartawan, Selasa (31/5) di Gedung DPR RI.

Dia menambahkan, saat ini semua petinggi dan warga PPP sedang fokus untuk mempersiapkan dan menyukseskan Muktamar VII yang akan berlangsung di Bandung, Jawa Barat, pada awal Juli 2011. Nanti, seiring dengan adanya struktur kepengurusan baru yang diisi kader-kader muda potensial dan visioner, PPP akan kembali menemukan kejayaannya.

“Apalagi, partai berasaskan islam seperti PPP masih sangat diminati masyarakat,” kata Ketua DPW PPP Sumatera Barat ini sambil menambahkan, penegasan Ketua Umum DPP PPP Suryadharma Ali bahwa 38 anggota DPR RI dari PPP boleh mencalonkan diri kembali dalam Pemilu 2014, juga menjadi salah satu faktor pemicu para legislator PPP untuk bekerja keras memenangi partai dalam Pemilu 2014.

Selain itu, lanjut Epriadi. caleg PPP juga akan ditentukan jauh-jauh hari sebelum hari H pelaksanaan pemilu. “Ini, tentu beda dengan pemilu lalu. Makanya kami optimistis PPP akan kembali menemukan kejayaannya,” kata anggota Komisi V DPR RI ini.


Berdasarkan survei LSI yang digelar Mei 2011 ini, suara PPP memang cenderung stagnan. Partai berlambang Kabah itu hanya dipilih oleh 4 persen responden, dan termasuk berada dalam posisi stagnan. Sementara, berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU), pada Pemilu 2009, PPP meraih 5.444.332 suara (5,33 persen) dari total jumlah suara sah Pemilu 2009 yang mencapai 104.048.118. (SAS News, 31 Mei 2011)

Survey LSI Mei 2011: Hubungan Partai-Pemilih Lemah

29 Mei 2011

JAKARTA Survei terbaru Lembaga Survei Indonesia (LSI) terbaru menyimpulkan semakin melemahnya hubungan antara partai politik (parpol) dan pemilihnya. Salah satu indikasi semakin lemahnya hubungan parpol dengan pemilih adalah, di antaranya, semakin menurunnya tingkat partisipasi pemilih dalam pemilihan umum (pemilu) yang sudah dilangsungkan sebanyak tiga kali. Melemahnya hubungan partai dan pemilih menjadi indikasi semakin tingginya massa mengambang (floating mass).

"Sepuluh tahun berjalan (1999-2009) partisipasi pemilih semakin menurun. Setelah 12 tahun mengalami pemilu, pemilih semakin merasa jauh dengan partai," kata Peneliti Utama LSI Saiful Mujani dalam konferensi pers survei "Pemilih Mengambang dan Prospek Perubahan Kekuatan Partai Politik" di kantor LSI, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (29/5/2011).

Jika menilik ketiga pemilu yang telah berlangsung, yaitu pemilu 1999, 2004, dan 2009, terjadi penurunan tingkat partisipasi pemilih sebesar 20 persen. Pada tahun 1999, pemilu diikuti oleh 93,3 persen pemilih, pemilu 2004 menurun menjadi 84,9 persen, dan semakin menurun dalam pemilu 2009, yaitu 70,99 persen.

Tiga pemilu ini juga menghasilkan tiga pemenang yang berbeda. PDI Perjuangan pada tahun 1999, Golkar pada Pemilu 2004, dan Demokrat pada Pemilu 2009. "Ini masalah. Pola ekstrem seperti ini jarang terjadi," ujar Mujani.

Dalam survei yang diadakan pada 15-25 Mei 2011 ini, ketika diajukan pertanyaan "Apakah Anda merasa lebih dekat dengan partai tertentu?", hanya 20 persen responden yang menjawab "ya". Sementara 78,8 persen menjawab "tidak" dan 1,2 persen menyatakan "tidak tahu".

Dari 20 persen di antara responden yang merasa dekat dengan partai politik, sebanyak 5 persen merasa dekat dengan PDI Perjuangan, Golkar 3,7 persen, dan Demokrat 3,5 persen. Terkait pemilih, pemilih Golkar dan PDI Perjuangan cenderung stabil. Adapun pemilih Demokrat paling tidak stabil.

Sebanyak 77,5 persen pemilih yang "mencontreng" Golkar pada Pemilu 2009 mengaku akan memilih partai tersebut jika pemilu diadakan Mei 2011. Demikian pula pemilih PDI Perjuangan (75,4), sedangkan hanya 54,5 persen pemilih Demokrat pada Pemilu 2009 akan memilih partai yang sama jika pemilu diadakan saat ini.

"Kalau pun warga memilih sekarang, pilihan mereka mengambang, dan mudah berubah kembali seperti dalam pemilu 1999, 2004, dan 2009," jelas Mujani.

Tidak stabilnya pilihan pemilih dinilai menjadi salah satu indikasi lemahnya ikatan psikologis dan kepercayaan terhadap partai politik.

Survei ini dilakukan terhadap 1.220 responden, dengan margin of error sebesar +/- 2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Responden disurvei dengan wawancara tatap muka. (Kompas, 29 Mei 2011)

Survey LSI Mei 2011: Demokrat Turun, PDI-P Naik, PPP?

JAKARTA - Jika pemilu diadakan pada Mei 2011, pemilih Demokrat mengalami penurunan dibandingkan hasil pemilu 2009. Turunnya pemilih Demokrat, diikuti dengan naiknya pemilih PDI Perjuangan.

Lalu Golkar? Partai peraih suara terbanyak kedua pada pemilu 2009 lalu ini, berada di posisi III dengan jumlah pemilih yang jauh menurun. Hal itu setidaknya tergambar dari survei terbaru Lembaga Survei Indonesia (LSI) "Pemilih Mengambang dan Prospek Perubahan Kekuatan Partai Politik", yang dipublikasikan di Kantor LSI, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (29/5/2011).

Survei LSI yang diadakan 15-25 Mei 2011, menempatkan Demokrat masih di posisi teratas yang akan dipilih 18,29 persen responden, ketika diajukan pertanyaan partai mana yang akan dipilih jika pemilu diadakan pada bulan ini.

"Meski unggul, tetapi sentimen terhadap Demokrat menurun jika dibandingkan pemilu 2009 yang mendapatkan 20,85 persen. Angka ini terendah jika dibandingkan hasil pemilunya. Dan ini tidak pernah terjadi sejak pemilu 2004. Dalam setiap survei perolehan Demokrat tidak pernah dibawah hasil pemilunya," terang peneliti utama LSI Saiful Mujani.

Di posisi dua, PDI Perjuangan dipilih 16,7 persen. Angka ini di atas perolehan pemilu 2009, sekitar 14 persen. Sementara itu, Partai Golkar 12,5 persen, di bawah perolehan pemilu 2009.

"Dalam setiap survei LSI, ketika Demokrat turun, PDI-P pasti naik. Begitu pula sebaliknya, ketika Demokrat naik, PDI-P turun. Bagaimana partai lain, seperti Golkar? Cenderung stagnan, dan bahkan menurun. Tidak terlihat tanda-tanda kehidupan. Demokrat dan PDI-P bertarung ketat, mungkin karena posisinya sebagai partai pemerintah vs oposisi," kata Mujani.

Partai lainnya, PKB 4,5 persen, PKS 4,1 persen, PPP 4 persen, Gerindra 2,9 persen, PAN 2,4 persen, Hanura 0,9 persen dan sebanyak 29,6 persen responden menyatakan belum tahu akan memilih partai mana.

Loyalitas Pemilih
Sementara itu, ketika diajukan pertanyaan, apakah akan memilih partai yang sama jika pemilu dilakukan pada Mei 2011, sebanyak 77,5 respon yang mengaku memilih Golkar akan memilih partai yang sama. PDI Perjuangan 75,4 persen untuk pertanyaan yang sama, Demokrat hanya 54,5 persen. Hal ini, menurut Mujani, menunjukkan bahwa pemilih Golkar dan PDI-P cenderung stabil, dan pemilih Demokrat paling tidak stabil.

"Namun demikian, Golkar tidak mampu menarik pemilih baru karena secara keseluruhan Golkar tidak mengalami kemajuan malah menurun dibandingkan hasil pemilu 2009. PDI-P lebih mampu menjaga pemilih lama, dan mampu menarik pemilih baru," ujarnya.

Survei ini dilakukan terhadap 1.220 responden, dengan margin of error sebesar plus minus 2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Responden disurvei dengan wawancara tatap muka. (Kompas, 29 Mei 2011)

PPP : Survei LSI Tak Lebih dari Pelacuran Intelektual

11 Januari 2011

Jakarta - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) geram dengan hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) terkait elektabilitas partai politik.

"Survei itu tidak bisa dipercaya, masih saja diulang-ulang. Dari dulu metoda sampling-nya salah dan secara statistik tidak bisa dipertanggungjawabkan," kata Wasekjen DPP PPP, Romahurmuziy, kepada Rakyat Merdeka Online, beberapa saat lalu (Kamis, 6/1).

Untuk diketahui, berdasarkan hasil survei yang digelar Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan diumumkan hari ini (Kamis, 9/1) di Kantor LSI, elektabilitas PPP cuma 2,3 persen.

Romy, panggilan akrab Romahurmuziy, juga meminta LSI untuk jujur dengan membandingkan hasil survei sebelumnya.

"Dari sejak pemilu 1999, angka PPP di survei LSI tidak pernah lebih dari 3 persen. Tapi toh pemilu selalu jauh lebih besar. Kalau LSI jujur, sandingkan dong angka prediksi dia sebelum pemilu dengan hasil pemilu mulai dari 1999. Kalau angka yang salah itu terus diulang-ulang, kegiatan itu tidak lebih dari pelacuran intelektual," demikian Romy. (Rakyat Merdeka, 6 Januari 2011)
Baca lainnya »
Baca lainnya »
 

© Copyright 2008-2013 DPC PPP Kabupaten Tegal | Design by Eko Mahendra Ridho | Powered by Blogger.com.