PENGUMUMAN: Dibuka pendaftaran bakal calon anggota DPRD Kabupaten Tegal, mulai 1 Januari s/d 28 Februari 2013. Info: Hubungi DPC PPP Kabupaten Tegal, telp.(0283)3275717 | Eko Mahendra Ridho

Follow Us

HEADLINE NEWS

Islam dan Kemiskinan

29 November 2008

Catatan Abdullah Wong Dzolim, Pengamat Sosial

Ramadhan tahun ini, kita dikagetkan dengan berita pembagian zakat di Pasuruan, Jawa Timur, yang berujung pada kematian. Peristiwa pembagian ‘rizki’ kala itu justru berubah menjadi drama kemanusiaan.

Kini, menjemput kematian dalam agama tak harus ditempuh melalui syahid di medan laga, tapi juga ditempuh melalui kesyahidan (baca: kesaksian) akan kemiskinan. Fenomena ini--dan masih terlalu banyak fenomena lain--selalu berhenti sebagai bahan pelajaran untuk semua. Padahal terlalu banyak pelajaran yang telah kita peroleh, namun tak satupun yang membuat kita mengerti dan tersadar.

Bila bicara kemiskinan tentu saja tak bisa dikelompokkan dalam satu paket pembicaraan saja. Karena setiap sesuatu saling memiliki relasi satu sama lain, interkoneksitas, maka pada kemiskinan pun tak melulu urusan ekonomi. Kemiskinan merupakan soal sosial, politik, kultural, religiusitas, dll.

Maka diperlukan suatu analisa komprehensif, holistik dan integral dalam melihat isu kemiskinan. Dalam rumusan lain, konsep filantropi Islam, seperti zakat, infak, dan sedekah serta wakaf mestinya dicari impilkasinya pada tataran yang berada di luar ekonomi.

Filantropi Islam bukan hanya sekadar urusan pahala melulu yang lepas dari konteks sosial, politik, kultural, dan lain-lain. Upaya filantropi Islam, dengan demikian, mengandaikan perubahan secara fundamental pada tataran teologisnya.

Selama ini, teologi selalu berada dalam dimensi transenden yang mengabaikan dimensi humanis dan empiris. Dalam ungkapan lain, teologi selalu dikaji hanya pada wacana Tuhan melulu; seperti sifat-Nya, wujud-Nya, dzat-Nya, dll. Untuk menggagas filantropi Islam partisipatoris, teologi Islam harus merubah cara penghayatannya,bahkan teologi Islam semestinya menjadi elan vital dalam transformasi sosial sebagaimana yang dulu dipraktikkan Rasulullah.

Di masa Rasulullah, filantropi Islam semacam zakat, infak, wakaf, dan sedekah merupakan upaya solutif terhadap fenomena sosial lokal ketika itu.

Jika sedekah, zakat, dan infak—selanjutnya cukup disebut dengan sedekah—bertujuan sebagai suatu hal yang transformatif dalam konteks sosial, maka ia tidak boleh bersifat atomistik, melainkan integral dan holistik.

Sedekah harus dapat membaca pelbagai dimensi yang ditemukan dalam kehidupan. Dimaksud atomistik ialah jangan sampai penyedekah menganggap bahwa kesulitan, katakanlah kemiskinan, merupakan problematika orang miskin saja, melainkan persoalan bersama —untuk tidak mengatakan bahwa pada titik tertentu kita secara tidak langsung terlibat di dalamnya.

Jangan sampai sedekah hanya dijadikan sebagai upaya lepas dari tanggung jawab sosial belaka. Sedekah bukanlah fenomena yang muncul atas perbedaan stratifikasi sosial atau hierarkis. Logika yang selama ini ada adalah kita, sebagai penyedekah, dan mereka orang miskin, sebagai penerima sedekah. Sudah saatnya sedekah harus melampaui kategoris tersebut. Hal inilah yang menjadi karakter dari karitas (charity).

Sedekah harus melampai ilusi karitas agar dapat mencapai tujuannya. Yang paling utama agar sedekah dapat mencapai tujuannya—yakni transformasi sosial—ia harus mampu menjadi kritik sosial.

Dengan demikian, sedekah tidak hanya sekadar sebagai sikap atau perilaku sosial yang didorong atas dampak-dampak sosial, melainkan sedekah digalakkan atas akar problematika sosial itu sendiri. Itu juga mengapa sedekah tidak hanya bersifat konsumtif, melainkan juga bersifat produktif.

Ketika kita mengeluarkan sedekah, kita tidak hanya mengetahui bahwa ada orang yang sedang membutuhkan saja. Tapi pertanyaan seterusnya adalah, dengan sedekah kita turut mempertanyakan mengapa ada orang yang kesulitan di tengah kehidupan kita. Inilah sedekah sebagai kritik.
Bagikan:
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright 2008-2013 DPC PPP Kabupaten Tegal | Design by Eko Mahendra Ridho | Powered by Blogger.com.