LAMPUNG - Ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suryadarma Ali mengatakan, bergabungnya Muchdi PR menjadi bagian dari PPP bukan mengisyaratkan partainya akan mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden RI pada 2014.
"Terlalu dini untuk membicarakan hal itu, kami belum menentukan sikap politik apa pun, yang pasti kami sangat bersyukur banyak tokoh berkompeten yang bergabung dengan PPP," kata dia di Bandarlampung, Sabtu.
Dia menjelaskan, segala hal yang terkait dengan sikap politik PPP untuk menghadapi Pemilu 2014, baru akan dibahas pada muktamar nasional partai berlambang Kabah tersebut pada Juni 2011. Menurut Suryadarma yang juga Menag, muktamar tersebut merupakan konsolidasi yang dipercepat, dan seharusnya baru akan diadakan pada 2011.
"Kami memang mempercepat konsolidasi nasional agar semua elemen partai memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkan potensi, demi kemenangan partai pada 2014," ucapnya. Pernyataan tersebut, merupakan bagian dari sambutan Suryadarma Ali saat membuka Musyawarah Wilayah III PPP Lampung.
Menurut dia, pekerjaan rumah besar bagi seluruh kader PPP adalah melakukan konsolidasi menyeluruh hingga tingkat ranting, untuk mengetahui potensi suara riil yang dimiliki partai itu untuk menghadapi Pemilu 2014. "Minimal jumlah suara yang berhasil diraih pada pemilu sebelumnya dapat dijaga dan tidak dijadikan suara mengambang," ujar dia.
Menurut pria yang juga menjabat sebagai Menteri Agama itu, perolehan suara PPP pada Pemilu 2009 menurun sangat jauh dibandingkan tahun sebelumnya. "Kita kehilangan 20 kursi di DPR dari 58 kursi pada 2004 menjadi 38 kursi pada 2009," paparnya.
Sementara itu, di Lampung perolehan suara juga menurun drastis dari 7,6 persen pada 2004 menjadi 3,02 persen pada 2009 dengan total suara yang diperoleh adalah sebesar 105 ribu suara. Suryadarma juga menekankan, PPP tidak akan mengubah identitas partai dan tetap mempertahankan azas Islam.
"PPP tidak akan berganti baju, dan tetap mengutamakan politik ala Islam yang santun dan memberi solusi," ucapnya, menegaskan. (Republika, 20 Februari 2011)