Jakarta - Dari Pemilu ke Pemilu, suara Partai Persatuan Pembangunan (PPP) terus merosot. Partai yang berazaskan Islam ini seolah terus tergilas roda zaman.
Sebut saja dalam Pemilu sejak Reformasi bergulir. Saat Pemilu 1999, suara PPP cukup signifikan dan berhasil meraup 10,71 persen pemilih. Dalam Pemilu 2004, suara PPP mulai merosot dan cuma meraih 8,14 persen. Dan Pemilu terakhir, 2009, suara PPP anjlok menjadi lima persen.
Menurut Koordinator Laskar Muda Peduli PPP, Bob Febrian, ada banyak faktor yang membuat suara PPP terus melorot. Selain pola kaderisasi yang longgar, konsolidasi yang tersendat, dan mekanisme organisasi yang lamban, salah satu hal yang paling menonjol dalam menurunkan suara PPP adalah masalah kepemimpinan.
"Makanya butuh regenerasi kepemimpinan. Pimpinan PPP mendatang harus orang yang memiliki kredibilitas, elektabilitas, berwibawa, visioner dan peka terhadap kebutuhan umat dan bangsa," kata Bob Febrian kepada Rakyat Merdeka Online sesaat lalu (Senin, 13/6).
Karena itu, kata Bobi, Laskar Muda Peduli PPP mendorong penyegaran kepemimpinan di tubuh PPP. Ketua Umum PPP yang lahir dari Muktamar awal bulan Juli mendatang adalah yang mampu memperteguh pola kaderisasi, memperkuat konsolidasi, memperbaiki sistem organisasi, juga mampu menjadikan PPP sebagai partai yang berwibawa dan disegani. (Rakyat Merdeka, 14 Juni 2011)