Jakarta - Ketegangan partai berbasis Nahdlatul Ulama (NU) antara PKB dan PPP belakangan mencuat ke publik. Momentum kerusuhan atas nama agama, menjadi pemantik bagi PKB menyerang PPP. Siapa juara meraih hati nahdliyin dalam Pemilu 2014?
Pertarungan Pemilu 2014 sejatinya telah dimulai sejak Pemilu 2009 usai. Faktanya, di lapangan ketegangan antarpartai politik maupun di internal koalisi juga mencuat. Hal itu tak lebih upaya pemanasan dalam Pemilu 2014 mendatang. Kini ketegangan itu juga dirasa kuat terjadi antara PPP dan PKB. Dua partai yang mengaku dekat dengan kalangan nahdliyin.
Peristiwa kekerasan atas nama agama yang terjadi di Cikeusik, Pandeglang, Banten, dan di Temanggung, Jawa Tengah menjadi momentum bagi PKB mengusik Menteri Agama Suryadharma Ali yang juga Ketua Umum DPP PPP. Ragam pernyataan keras ditunjukkan kepada Menteri Agama.
Anggota Komisi VIII dari Fraksi Kebangkitan Bangsa Ali Maschan Moesa mendesak Presiden agar mengevaluasi kinerja Menteri Agama Suryadharma Ali.
"Presiden harus segera mengevaluasi Menag karena tidak mampu berdiri di posisi yang sama dan seimbang di hadapan semua umat beragama ataupun organisasi," katanya.
Ketegangan antara PKB dan PPP telah lama berlangsung. Setidaknya sejak kemunculan PKB pada 23 Juli 1998 jelas menjadi ancaman bagi PPP. Karena kehadiran PKB yang mendapat sokongan penuh dari PBNU saat itu menimbulkan kecemburuan bagi partai politik yang memperebutkan suara nahdlyin. Tak terkecuali PPP.
Kini ketegangan itu kembali menemukan momentumnya seiring hilangnya figur sentral di PKB yakni KH Abdurraman Wahid, pendiri sekaligus Ketua Dewan Syura DPP PKB. Ditambah konflik internal PKB yang menjadikan soliditas partai berlambang bola dunia itu terganggu.
Konsolidasi intensif PPP di kantung suara PKB yakni di Jawa Timur dan Jawa Tengah selama dua bulan terakhir ini, menjadi pemicu mutakhir ketegangan antara PKB dan PPP.
Di saat bersamaan, PKB melalui Ketua DPP PKB Abdul Kadir Karding yang juga Ketua Komisi Agama dan Sosial DPR yang mempersoalkan jumlah bantuan Kementerian Agama ke sejumlah pondok pesantren.
"Ada pesantren yang dibantu hingga miliaran rupiah. Ini kan nggak masuk akal," kata Karding dalam sebuah kesempatan.
Pernyataan Karding memang bukan tanpa sebab. Gerakan PPP yang merapat ke sejumlah kyai dan pesantren dan kyai di Jawa Timur dan Jawa Tengah jelas bukan 'bebas nilai'.
Nomenmklatur bantuan pemerintah jelas mengiringi ragam pertemuan itu yang berbalut Majelis Kyai dan Pengasuh Pondok Pesantren se-Indonesia (MSKP3I). Organisasi serupa juga dimiliki PKB saat era Gus Dur yakni Majelis Silaturahmi Ulama Rakyat (Masura), meski belakangan organ taktis itu kian memudar.
Ketegangan PKB dan PPP ini jelas dipicu perebutan suara Di basis suara NU. Perebutan cap sebagai partai milik warga NU jelas menjadi inti ketegangan tersebut. Partai milik warga NU, tak lagi cukup hanya klaim dan berbekal surat rekomendasi dari pengurus NU. Karena pemaknaan itu lebih lekat dengan bagimana dekat dengan para kyai dan pondok pesantren, institusi informal yang menjadi rujukan warga NU.
Ketegangan itu akhirnya memunculkan keributan soal kursi di kabinet. Wakil Ketua Dewan Tanfidz DPP PKB Anna Muawanah menyoal kursi Menteri Agama yang diduduki Suryadharma Ali, Ketua Umum DPP PPP. Anna justru mewacanakan agar Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar sebagai menteri agama.
Namun belum lama ini pernyataan Anna, Sekretaris Fraksi PKB Hanif Dhakiri membantah jika pernyataan tersebut dari PKB. Menurut dia, pernyataan Anna merupakan pernyataan pribadi Anna.
"Nggak ada itu. Kita nggak pernah bicara incar mengincar Menag. Itu hanya pendapat pribadi bu Anna Muawanah. Bukan sikap resmi partai. Jadi nggak perlu dikomentari panjang-panjang", katanya.
Persaingan PKB dan PPP juga terekam melalui angka-angka perolehan suara dalam Pemilu 2009. Dalam pemilu lalu, dua partai itu mengalami terjun bebas dibanding pemilu sebelumnya. Baik PKB dan PPP sama-sama memperoleh suara sekitar 5%.
Hasil survei Lembaga Survei Indonesia sepanjang 2009-2010 juga menunjukkan nuansa kompetisi antara kedua partai. Seperti dalam periode survei Januari 2010, PKB 5% dan PPP 3%, Pebruari PKB 5% dan PPP 4%, Maret PKB 5% dan PPP 4%, April PKB 4% dan PPP 3%, Agustus PKB 5% dan PPP 4%, Oktober PKB 3% dan PPP 3%, dan pada periode Desember lalu, PKB naik menjadi 5% dan PPP 3%.
Jika mencermati hasil survei LSI memang cukup fluktuatif suara baik di PKB maupun di PPP. Meski tren yang terjadi, suara PKB relatif stabil dibading PPP. Jika melihat konstalasi di pentas politik nasional, PKB merupakan partai koalisi yang paling loyal dibanding dengan partai koalisi lainnya.
Sedangkan PPP, dalam beberapa kesempatan justru berbeda dengan koalisi. Seperti dalam isu Century PPP justru memilih opsi C, sama dengan partai oposisi seperti PDIP, Hanura dan Gerindra.
PKB dan PPP memang tengah bertaruh dalam Pemilu 2014. Pos menteri yang ditempati kader PKB dan PPP jelas untuk memperkuat barisan dalam Pemilu mendatang. Kapitalisasi jabatan menteri jelas dimanfaatkan semaksimal mungkin. PPP dengan kursi Menteri Agama jelas cukup maksimal untuk mendekati konstituen NU. (Inilah.com, 18 Februari 2011)