Semarang - Jajaran pimpinan DPW PPP Jateng Kamis (21/4) menyambangi Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama Jateng, dalam rangka silaturahmi. Ketua DPW PPP Arif Mudatsir didampingi Wakil Ketua Masruhan Samsurie, Istajib, Moh Endro Suyitno, bendahara Abdul Asiz dan pengurus DPW PPP lainnya meminta dukungan kepada Ketua PWNU Jateng Muh Adnan.
Dalam pertemuan di Kantor PWNU Jateng Jl Dokter Cipto Semarang tersebut, Mudatsir mengatakan, sudah menjadi tradisi bagi pengurus baru PPP untuk bersilaturahmi ke ormas dan tokoh seperti kiai-kiai yang punya hubungan khusus dengan PPP. Nahdatul Ulama, tutur dia, memiliki riwayat penting dengan PPP. Sehingga silaturahmi DPW PPP ke PW NU, menjadi suatu keharusan, agar tetap dekat.
Hubungan itu, meski secara implisit, terlihat mayoritas pengurus PPP sampai cabang-cabang, merupakan umat NU. Dahulu, pada tahun 1990-an pendukung PPP seluruhnya adalah warga NU. Baru pada 1997/1998, ketika kran reformasi dibuka, warga NU masuk ke partai-partai lain.
"Saya iri dengan Ketua PKB Muhaimin Iskandar, yang kalau ke Jawa Tengah kemana-mana selalu bisa bekerjasama bareng NU. Untuk itu kami di sini, mengharapkan dukungan NU secara kontinu, agar PPP dalam menjalankan misinya, yakni untuk memperkuat tujuan bersama ahlussunah waljamaah, tidak bertentangan dengan PW NU," ujar Mudatsir.
Wakil Ketua DPW PPP Masruhan Samsurie mengatakan, selain ke PW NU, pengurus DPW PPP juga akan bersilaturahmi ke PW Muhammadiyah dan MUI Jateng. Bahkan, rencananya dalam waktu dekat juga akan bersilaturahmi ke Suara Merdeka guna menjalin komunikasi yang sehat sekaligus mengenalkan pengurus-pengurus baru. "Boleh dibilang, ini merupakan safari silaturahmi," ucapnya.
Langkah itu ditempuh, sebab semangatnya menjalin jejaring serta komunikasi dengan kelompok-kelompok strategis, untuk membesarkan PPP. Diungkapkan, dirinya pribadi punya banyak jaringan yang juga akan diangkat untuk membesarkan PPP, misalnya dengan kalangan LSM dan fungsional lainnya.
"Saya dan Pak Mudatsir ini punya jejaring LSM tahun 1986 silam, yakni Lembaga Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial Transformatif di Jakarta, saya termasuk peneliti di situ, tapi wilayah kerjanya di Semarang. Pun saya ini pendiri Studi Pengembangan Masyarakat di Semarang tahun 1985. Jadi belum marak LSM, saya dan Pak Ketua(Mudatsir) kala itu sudah ber-LSM," jelas Masruhan.
Masruhan dalam kesempatan itu juga menyampaikan kritik kaitannya pengkaderan di tubuh NU. Merespons itu, Adnan meminta agar kader-kader NU di mana saja untuk bisa mensosialisasikan paham yang moderat. Dia pun merasa bangga terhadap PPP yang 90 persen warganya dari NU. Ia memuji, sejauh ini PPP tampil bagus dalam rangka mengemban misi ahlussunah di pentas politik praktis. Ia pun mengkritik, agar pengkaderan ditingkatkan dalam rangka meningkatkan SDM PPP. (Suara Merdeka, 22 April 2011)