Jakarta – Partai politik tengah
mengalami krisis ideologi. Antara satu parpol dan parpol lainnya tidak ada
perbedaan, karena ideologi tidak diper- juangkan jelas. Bahkan untuk mengambil
ceruk pasar seluas-luasnya, uang lebih dipentingkan.
”Masyarakat perlu bukti lewat
kerja-kerja lebih konkret, hadir dalam penderitaan mereka,” kata pengamat
politik Yudi Latif dalam seminar ”Problematika dan Strategi Perempuan dalam
Menghadapi Pemilu 2014” di Jakarta, Jumat (22/6).
Dalam seminar yang
diselenggarakan Pimpinan Pusat Wanita Persatuan Pembangunan ini, Direktur
Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi mengatakan, ada parpol baru
yang akan memodali calon legislatifnya untuk berkampanye dengan dana Rp 5
miliar-10 miliar per caleg. Hal itu karena ideologi parpol tidak penting. Uang
yang lebih berbicara.
Menurut Reni Marlinawati, anggota
DPR dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), upaya parpol baru untuk
mendanai kampanye caleg sebenarnya membahayakan karena parpol lain akan panik.
”Parpol akan lari ke anggota DPR untuk mendapatkan uang dan bisa terjadi
korupsi. Dana kampanye yang besar ini menanam benih-benih korupsi,” katanya.
Karena itulah, motif uang dalam
politik sebaiknya dihindari. Kader parpol diharapkan lebih mengedepankan
kerja-kerja politik untuk mendapat dukungan masyarakat. Biaya kampanye pun
dapat ditekan.
”Jangan berlebihan. Apalagi
sampai membiayai caleg, karena itu seolah-olah motif uang jadi panglima dalam
politik,” ujar Ketua Bidang Kebijakan Publik DPP Partai Keadilan Sejahtera
(PKS) Mustafa Kamal.
Ketua Fraksi PKS itu meyakini,
masyarakat tidak akan lagi tergiur dengan iming-iming uang atau materi lainnya.
Masyarakat justru akan bertanya-tanya dari mana sumber dana atau uang yang
dibagikan oleh para caleg.
Oleh karena itu, sudah seharusnya
para caleg lebih mengedepankan kerja politik yang bermanfaat untuk masyarakat.
”Masyarakat akan memilih berdasarkan visi dan kerja caleg. PKS mendidik kader
untuk lebih mengedepankan kerja nyata,” tuturnya.
Selain PKS, Partai Amanat
Nasional (PAN) juga menekankan para calegnya untuk mengedepankan kerja nyata
yang bermanfaat untuk masyarakat.
”Dengan memperjuangkan aspirasi
rakyat itu sudah menjadi modal utama untuk mendulang suara. Kerja nyata itu
justru lebih diingat rakyat,” ujar Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PAN
Viva Yoga Mauladi.
Ahmad Muzani, Sekretaris Jenderal
Partai Gerakan Indonesia Raya, mengatakan, partainya belum menghitung biaya
untuk memenangkan Prabowo Subianto. Ketua PAN Bima Arya Sugiarto juga
mengatakan, partainya belum menghitung biaya untuk menyukseskan Hatta Rajasa
dalam Pilpres 2014.
”Rentang biaya kampanye untuk pemilihan presiden yang
dilakukan langsung bisa sangat besar,” kata M Qodari dari Indo Barometer.
(Kompas, 24 Juni 2012)