Semarang - Kader muda Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang menamakan diri Poros Cikini memunculkan empat kandidat Ketua Umum yang bisa menjadi alternatif untuk membawa perubahan bagi partai kakbah itu. Poros Cikini menyatakan menolak kepemimpinan dua kandidat yang sudah giat berkonsolidasi menjelang pelaksanaan Muktamar PPP di Bandung mulai 3 Juli mendatang.
Dua kandidat yang diminta tak mencalonkan diri adalah Suryadharma Ali (SDA) dan Ahmad Muqowam. "SDA terbukti gagal memimpin PPP dengan bukti rendahnya perolehan suara PPP dalam Pemilu 2009," kata juru bicara Poros cikini, Tafrikhan Marzuki, Ahad, 26 Juni 2011.
Menurut Wakil Sekretaris PPP Jawa Tengah ini, Muqowam adalah orang lama PPP sehingga akan kesulitan membawa perubahan bagi PPP.
Poros Cikini merupakan kumpulan elemen generasi muda pendukung PPP yang terdiri dari Nahdlatul Ulama (NU), Muslimin Indonesia (MI), Syarikat Islam (SI), dan Perti.
Empat kandidat alternatif yang diusulkan Poros Cikini maju sebagai ketua umum dan dianggap akan membawa perubahan di tubuh PPP adalah Lukman Hakim Saefudin (Wakil Ketua MPR), Ahmad Yani (anggota DPR), Wakil Sekjen DPP PPP M. Romahurmuzy alias Romy, serta Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan Irgan Chairul Mahfiz. "Nama-nama itu harus diberi kesempatan, PPP butuh anak moda progresif," kata Tafrikhan.
Tafrikhan mencontohkan sosok Romy yang sangat pandai ketika menanggapi kasus Bank Century. Juga Lukman Hakim Saifudin yang masih muda, namun sangat bersih dan dekat kalangan para kiai dan ulama.
Tafrikhan menyatakan selama ini partainya amat jarang memberi kesempatan kepada generasi muda. Dia mencontohkan figur bekas Bendahara Partai Demokrat, M. Nazarudin, yang tak diberi tempat di PPP, tapi ternyata pada saat pindah di Partai Demokrat justru menjadi orang penting di partainya saat ini.
"Terlepas dari kasus yang membelitnya saat ini, Nazarudin adalah figur kaum muda yang memiliki kemampuan luar biasa di politik," kata Tafrikhan. "Kaum tua PPP harus mau memberikan ruang bermain kepada para generasi muda PPP."
Poros Cikini mengingatkan agar para pengurus cabang dan wilayah PPP tidak sembarangan memilih pemimpin. Sebab, jika salah memilih pemimpin akan berakibat fatal bagi PPP lima tahun ke depan. Apalagi, jika dalam pemilu 2014 mendatang Ketua Umum PPP tak mampu membawa partainya memperoleh suara sesuai batasan parlimentary treshold, maka PPP akan mati. (Tempo Interaktif, 28 Juni 2011)