Jakarta - Perolehan
suara partai-partai Islam diperkirakan merosot jika kinerjanya yang turun tidak
diperbaiki. Kondisi itu dipengaruhi orientasi politik masyarakat yang kian
sekuler, identitas partai Islam yang gamang, dan krisis kepemimpinan di
lingkungan partai Islam.
Demikian salah satu kesimpulan
hasil survei Lembaga Survei Nasional (LSN) yang disampaikan Direktur LSN Umar S
Bakry di Jakarta, Selasa (26/6). Survei dilakukan 10-20 Juni 2012 dengan teknik
pencuplikan secara rambang berjenjang (multistage random sampling)
dari 1.230 responden di 33 provinsi.
Hasil survei menunjukkan, jika
dilakukan pemilu saat ini, partai-partai berbasis massa Islam hanya memperoleh
sekitar 5 persen atau kurang dari total suara pemilih. Partai Keadilan
Sejahtera (PKS), misalnya, memperoleh 5,1 persen suara, Partai Amanat Nasional
(PAN) mendapat 3,8 persen, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dengan 3,5
persen, dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) memperoleh 3,3 persen suara.
Total perolehan suara
partai-partai Islam dalam survei ini hanya sekitar 15,7 persen atau menurun
dibandingkan dengan Pemilu 2009 (29,1 persen), Pemilu 2004 (38,3 persen), dan
Pemilu 1999 (36,5 persen).
Tak hanya partai, politisi
partai-partai Islam itu juga kurang mendapat dukungan publik untuk menjadi
presiden 2014. Jika pemilihan dilakukan sekarang, responden memilih Hidayat Nur
Wahid sebanyak 4,6 persen, Hatta Rajasa (3,9 persen), Yusril Ihza Mahendra (3,2
persen), Muhaimin Iskandar (2 persen), dan Suryadharma Ali (0,9 persen).
Perolehan itu di bawah tokoh nasionalis, yaitu Megawati Soekarnoputri (18
persen), Prabowo Subianto (17,4 persen), Aburizal Bakrie (17,1 persen), dan
Wiranto (10,2 persen).
”Jika tak lekas melakukan
konsolidasi, menemukan identitas tepat, dan mengakomodasi dinamika aspirasi
umat, mereka akan terancam terbenam dari percaturan politik,” katanya.
Secara terpisah, Presiden PKS
Luthfi Hasan Ishaaq, Sekretaris Jenderal PPP Romahurmuziy, dan Ketua Dewan
Syuro PKB Ali Maschan Moesa menerima hasil survei tersebut sebagai masukan penting.
Bagi mereka, hal itu merupakan cambuk untuk bekerja lebih keras. ”Masih ada
waktu membuktikan bahwa kami pantas dipilih,” kata Luthfi.
Menurut Romi, penurunan tingkat
keterpilihan secara umum terjadi pada partai-partai menengah, bukan khusus
partai berbasis massa Islam. Namun, elektabilitas masih bisa ditingkatkan
karena para kader terus melakukan kerja-kerja politik yang langsung bersentuhan
dengan rakyat.
Secara terpisah, Sekjen PKB Imam Nahrawi, mengatakan,
hasil survei tidak menjadikan PKB pesimistis menghadapi pemilu. (Kompas, 27
Juni 2012)