Jakarta - Menteri Agama
Suryadharma Ali meminta umat Hindu agar tidak menganggap pasraman dan juga
pendidikan agama sebagai pelaksana pendidikan "kelas dua" setelah
bidang lainnya.
Pendidikan agama justru harus
menjadi fondasi penyelenggaraan pendidikan pada umumnya, pinta Suryadharma Ali
ketika membuka Jambore Nasional II Pasraman 2012 di Jakarta, Selasa malam.
Meski acara itu dibuka sudah
larut malam, para peserta dan anak didik dari berbagai provinsi di Indonesia
tetap antusias mengikutinya. Mereka nampak gembira menyambut kedatangan Menag
di sebuah hotel. Nampak hadir Irjen Kemenag H.M. Suparta, Dirjen Bimas Islam
Abdul Djamil dan Dirjen Bimas Hindu IB Yudha Triguna.
Ia mengakui memposisikan
pendidikan agama setara dengan bidang lainnya bukanlah hal mudah. Sarat dengan
tantangan teknologi. Karena itu peran pasraman diharapkan mampu menjalankan
misinya, yaitu mencerdaskan generasi muda. Sebab, esensi pendidikan membangun
manusia bertaqwa yang tercermin dalam kehidupan kesehariannya, bermoral baik.
Dengan moral atau karakter insan
yang baik itulah, menurut Menag Suryadharma Ali, selanjutnya dapat dibangun
masyarakat yang cerdas, terampil, punya nilai estetika. Dan berikutnya dapat
mewujudkan masyarakat yang taat beragama, maju, mndiri, berakhlak mulia,
toleran, rukun dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Tanpa bermaksud mempertentangkan
pendidikan agama dinomorduakan dengan pendidikan lain, semestinya semua pihak
herus berani melakukan oto kritik dengan keadaan sekitar, sehingga bisa
bersikap proporsional, kata Suryadharma Ali.
Secara formal, lanjut dia,
pemerintah telah mengisyaratkan bahwa nilai enam bidan studi agama
mengakibatkan anak didik terancam tak naik kelas. Hal itu merupakan pelajaran
agama mesti dianggap sebagai fondasi moralitas dari anak didik yang hendak
dikembangkan. Anak didik ke depan diharapkan menjadi insan yang cerdas
sekaligus relegius/bermoral.
Berbagi pengalaman
Di tempat terpisah, Dirjen Bimas
Hindu Tri Guna mengatakan, acara ini merupakan media bagi umat siwa-siswi dari
kalangan umat Hindu untuk meningkatkan persahabatan, saling tukar menukar
pengalaman dan pengetahuan yang berasal dari berbagai daerah.
Pasraman berasal dari kata
"asrama" (sering ditulis dan dibaca ashram) yang artinya tempat
berlangsungnya proses belajar mengajar atau pendidikan. Pendidikan pasraman
menekankan pada disiplin diri, mengembangkan akhlak mulia dan sifat-sifat yang
rajin, suka bekerja keras, pengekangan hawa nafsu dan gemar untuk menolong
orang lain.
Dalam konteks ini kegiatan
pasraman dimaknai sebagai ajang kompetisi untuk meningkatkan pengetahuan,
persaudaraan dan toleransi.
Tujuan dari kegiatan itu sebagai
sarana untuk saling tukar menukar pengalaman para pelajar, mengingat umat Hindu
yang tersebar di berbagai daerah memiliki latar belakang budaya dan pengalaman
berbeda pula, katanya.
Untuk itulah, kata Triguna,
pihaknya ingin merekatkan para pelajar dalam satu keluarga melalui kegiatan
itu. Harapannya ke depan, mereka memiliki toleransi dan memiliki pengetahuan
luas. Sekaligus pula dapat meningkatkan kreativitas. Tentu, ke depannya mereka
akan menjadi insan beretika, bermoral dan berbudi luhur.
Selama kegiatan itu berlangsung akan dilakukan lomba
mantram tri sandhya, kramaning sembah, yoga asanas. Termasuk cipta lagu kreasi
keagamaan, pantun dan outbound, katanya. (Antara, 11 Juli 2012)