Jakarta - Prediksi
yang menyebut jebloknya suara partai Islam pada pemilu 2014 karena
pengamat terjebak dengan pola pikir sosiolog Clifford Geertz.
Pendapat
tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP), M
Romahurmuziy, Minggu (4/8).
"Mereka
yang menyampaikan dikotomi partai Islam dan non Islam, sepertinya
terjebak perangkap pola pikir sosiologis tahun 70-an yang dikembangkan Clifford
Geertz," kata Romahurmuziy di Jakarta, Minggu (5/8).
Pola
pikir seperti itu, kata dia, sudah usang dan lebih baik ditinggalkan.
"Mereka perlu memperbarui pola pikirnya," kata Romahurmuziy menambahkan.
Zaman
sudah berubah begitu juga dalam panggung politik, lanjut
Romahurmuziy, kini media jadi instrumen yang efektif untuk melakukan penetrasi
politik secara massif. Media dianggap alat kampanye politik yang paling
bisa diandalkan.
Jadi,
meski diprediksi bakal jeblok oleh para analis survei, Romahurmuziy mengaku tak
terlalu risau. Dia percaya bisa jadi analisa penggiat survei dan pengamat
politik itu terjungkir balik. Dia merujuk pada fakta Pilkada DKI 2012 di
mana lembaga survei gelagapan karena salah prediksi.
"Pilkada
DKI membuktikan prediksi semua lembaga survei jungkir balik dengan
kenyataan," katanya.
Bahkan,
menurut Romahurmuziy yang terjadi saat iniadalah hal yang sebaliknya. Ada
semacam gelombang kebangkitan dari keinginan para pemimpin politik Islam untuk
bersatu dalam satu barisan. "Itu yang terbaca dari para pemimpin
Islam," kata Romi.
Romahurmuziy
mengaku lebih santai menyikapi berbagai prediksi karena survei yang dipakai
sebagai pisau analisa adalah penelitian hari sedangkan 2014 masih jauh.
Kolega
Romi di PPP, Joko Purwanto juga satu pandangan. Joko tak khawatir suara
PPP bakal jeblok seperti prediksi para analis survei. Meski demikian, hasil
survei tetap jadi bahan untuk evaluasi.
"Ya jadikankan
saja itu sebagai pemacu semangat," tegas Joko yang menjabat Wasekjen
PPP itu. (Skalanews, 5 Agustus 2012)