Garut - Menteri Agama RI, Suryadharma Ali
(SDA) mengaku kaget dan prihatin usai mendapat laporan dari Wabup Garut Agus
Hamdani terkait terus berkurangnya jumlah guru mengaji di Kabupaten Garut.
"Apa jadinya generasi
mendatang kalau guru mengaji terus berkurang? Ini SOS (save our soul/tanda
bahaya) bagi umat Islam di Garut," tandas SDA yang juga Ketua Umum DPP
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di hadapan ratusan peserta Halaqoh Alim
Ulama PPP Kabupaten Garut di Hotel Suminar, Jalan Otista Garut, Minggu
(24/6/2012).
SDA pun meminta Kepala Kantor
Wilayah Kementrian Agama (Kemenag) Jabar, dan Kepala Kantor Kemenag Garut
mengambil langkah yanng diperlukan untuk mengatasi kondisi tersebut. Dia juga
meminta Bupati Garut menginventarisir jumlah guru mengaji yang ada di Kabupaten
Garut saat ini.
"Saya minta Bupati
menginventarisir berapa guru mengaji di Garut agar dipikirkan bagaimana mereka
dapat penghasilan yang baik. Saya juga minta Kepala Kantor Kemenag Garut
mengevaluasi penyuluh agama di Garut ada berapa, dan efektif atau tidak? Coba dipikirkan
bila guru agama menjadi penyuluh agama yang tetap," tegas SDA.
Dia juga meminta Kemenag Garut
turun ke lapangan untuk melihat kesulitan masyarakat. "Kalau anggaran
Kemenag Garut tak memadai, datang ke Kanwil. Kalau tak ada anggarannya, coba
Kakanwil ajukan anggaran ke pusat untuk tahun depan," tandasnya.
SDA secara khusus meminta Bupati
Garut memperhatikan keadaan dan nasib para guru agama di Garut, kendati urusan
keagamaan di daerah saat ini masih belum diotonomikan melainkan masih urusan
pusat.
"Memang ada yang namanya
anggaran kabupaten/kota, anggaran provinsi, dan anggaran pusat. Tapi kalau soal
anak didik, tak ada yang namanya anak didik provinsi atau anak didik pemerintah
pusat. Anak didik adalah anak didik kita. Harus ada keberanian DPRD dan Bupati
untuk memperhatikan pendidikan agama. Sebab, pembangunan dan pendidikan
generasi tanpa agama akan hancur," ujarnya.
Dia berharap kegiatan dakwah dan
pengajian terus digalakan, dengan dipelopori ulama dan para pimpinan pondok
pesantren. "Kalau tak ada fasilitas pendidikan agama di Garut, saya minta
Kanwil memfasilitasi ke pusat. Antara lain, bila madrasah diniyah ada yang mau
rubuh, bilang. Saya wanti-wanti, jangan sampai anak kita tak mampu ke madrasah
gara-gara alasan keuangan. Kemenag punya beasiswa untuk 1,8 juta siswa miskin
dan berprestasi," katanya.
SDA menambahkan, pendidikan harus menjadi perhatian
utama. Sebab dengan pendidikan itulah keadaan bisa diubah, daya saing bisa
ditingkatkan, dan sumber daya alam pun dapat dikelola. (Inilah, 24 Juni 2012)