Bengkulu - Ketua Umum DPP Partai
Persatuan Pembangunan (PPP) Suryadharma Ali menegaskan bahwa kekuatan politik
Islam di DPR, DPRD atau (parlemen) tidak boleh mengendur tetapi harus diperkuat
karena seluruh proses kebijakan politik lewat lembaga itu.
"Orang yang duduk di
DPR/DPRD merupakan orang partai politik, karena itu seluruh kebijakan Islam
harus ikut mewarnai. Umat Islam tak boleh kehilangan wakilnya yang duduk di
parlemen," kata Suryadharma Ali yang akrab disapa SDA itu di Bengkulu,
Ahad.
Ketika memberikan sambutan pada
Musyawarah Kerja PPP Provinsi Bengkulu di Ponpes Darul Ulum, Bengkulu, Menag
mengemukakan hal itu di hadapan peserta acara yang juga dihadiri Gubernur
Bengkuku H. Junaidi Hamzah, dan Kanwil Kemenag Bengkulu Suardi Abas.
Menurut SDA, kekuatan politik
Islam harus diperkuat karena jika tak ada pengawalan pada proses kebijakan bisa
dimungkinkan paham yang tak sejalan dengan umat Islam akan bisa masuk.
Belakangan, memang ada pihak tak
berani masuk PPP karena partai itu berasaskan Islam. Mereka takut, hak
demokrasinya terbelenggu dan memandang partai berbasis agama bakal ditinggalkan
pengikutnya, apalagi Islam dipahami sebagai agama yang membenarkan kekerasan
dan terorisme.
Semua pandangan itu, menurut SDA,
menyesatkan, sebab Islam sangat dekat dengan ajaran demokrasi dan musyawarah.
Islam antikekerasan, apalagi terorisme. Islam yang dianut oleh PPP adalah Islam
Rahmatan lil Alamin, Islam membawa kedamaian bagi semua umat.
"Sangat sesat adanya
pandangan partai berbasis agama ditinggalkan pengikutnya. Justru partai lain,
ternyata menyusut pengikutnya. Untuk itu, PPP ke depan harus bisa membawa
kesejukan dalam berpolitik di Tanah Air," katanya.
Ia berharap jajaran pengurus PPP
agar bekerja lebih keras lagi mendekatkan diri ke kalangan ulama, para kiai dan
pondok pesantren. Kedekatan itu sangat penting guna menjelaskan betapa
pentingnya partai berasas Islam kepada mereka agar Islam dapat ikut dalam
proses pengambilan keputusan politik.
"Dengan cara itu, PPP bisa meraih suara banyak
pada Pemilu 2014. Ujungnya, yang duduk di parlemen akan semakin banyak,"
katanya. (Antara, 1 Juli 2012)