Kenapa Kader PPP Perlu Membentuk Kelompok Profesi?
Oleh: Zubairi Hasan dan
Sahlul Fuad*
Kelompok profesi adalah kelompok
fungsional yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat sesuai dengan
profesinya masing-masing, seperti kelompok tani, kelompok dagang, kelompok
pemilik bengkel, dan lain sebagainya. Kelompok profesi bisa juga merupakan
kelompok yang dibentuk untuk mendukung profesi tertentu. Misalnya, sejumlah
pedagang membentuk Koperasi Simpan Pinjam sebagai upaya mendukung usaha
perdagangan dari kelompok profesi itu.
Dalam Islam, kelompok itu bisa
disebut jemaah, halaqah, majelis, dan lain-lain. Kata-kata berkelompok dalam
literatur Islam bermakna positif, karena itu umat Islam tidak boleh merusaknya
menjadi hal negatif, misalnya kelompok Geng Motor yang sering anarkis, tidak
boleh menggunakan istilah Majelis Motor. Naudzubillah
min dzalik…!
Kelompok profesi tidak perlu
menggantungkan pada jumlah anggota, sehingga jika anggota yang bergabung
sedikit, kelompok profesi itu perlu untuk tetap didirikan. Jadi, meskipun hanya
terdiri dari 5 orang, bendera kelompok profesi sudah bisa dikibarkan. Apalagi
kemajuan dari sebuah kelompok tidak berhubungan dengan jumlah, melainkan sangat
tergantung pada kebersamaan kelompok itu untuk meraih peluang yang ada,
meskipun peluang itu sangat kecil.
Mengingat profesi kader-kader PPP
tidak hanya satu, karena setiap perubahan musim menimbulkan perubahan mata
pencaharian seperti di musim hujan bertani, di musim lain berdagang, maka satu
kelompok profesi bisa membawahi beberapa kegiatan secara bersamaan. Misalnya,
kelompok “Sinar Rakyat” bisa menjadi menjadi kelompok tani, kelompok dagang,
atau koperasi sekaligus. Yang penting, kepada masing-masing instansi
pemerintahan di tingkat kecamatan dan kabupaten/kota, kelompok itu terdaftar.
Kalau didaftarkan ke dinas pertanian menjadi kelompok tani, jika di daftarkan
ke dinas koperasi menjadi kelompok koperasi, dan seterusnya. Tapi kalau sumber
daya manusia yang ada memadai, sebaiknya satu kelompok menangani satu profesi
saja.
Urgensi Berkelompok
Kenapa kader-kader PPP, terutama
di level paling bawah, perlu membentuk kelompok profesi?
Pertama, Allah menjanjikan bahwa orang-orang yang berkelompok akan
ditinggikan derajatnya 27 kali lipat,
seperti tersirat dari perintah untuk shalat berjemaah. Perintah shalat
berjemaah, juga merupakan perintah agar di luar shalat pun umat Islam harus
berjemaah. Percuma, jika kita rajin berjemaah, namun dalam kehidupan sosioal,
ekonomi, dan politik umat Islam bercerai berai. Artinya, filosofi shalat
berjemaah kurang dihayati untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, Allah menjanjikan bahwa orang-orang yang berjemaah akan
mendapatkan berkah (al-barakatu ma’a al
jama’ah). Berkah adalah sebuah konsep dalam Islam yang berarti penghasilan
berapapun yang diterima selalu surplus atau mendatangkan manfaat jauh lebih
besar dari nilai riil penghasilan itu. Misalnya, orang berpenghasilan Rp 5
juta, tapi hidupnya selalu kekurangan. Maka nilai Rp. 5 juta itu tidak berkah.
Sebaliknya, orang yang berpenghasilan Rp. 1 juta, namun ia bisa menabung,
berinfak, dan lain-lain, maka nilai Rp. 1 juta itu penuh dengan berkah.
Ketiga, dengan berkelompok maka kader-kader PPP akan saling
bersilaturahmi, minimal dalam kelompok itu sendiri. Allah menjanjikan bahwa
orang yang rajin bersilaturahmi akan mendapatkan umur yang panjang dan rizki
yang luas. Selain itu, konsep rizki “min
haitsu la yah tasib” kebanyakan jatuh pada orang yang sering berjemaah,
baik dalam shalat maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat, di alam demokrasi, kelompok atau yang secara ilmiah
disebut civil society atau masyarakat
madani merupakan infrastruktur yang dapat memperkuat demokrasi itu sendiri,
terutama untuk mencapai tujuan demokrasi yaitu pemerataan pembangunan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat, baik secara lahiriah maupun bathiniah.
Kelima, di alam demokrasi ini, kue pembangunan biasanya mengalir
melalui kelompok. Jadi, program-program pembangunan dari pemerintah akan jatuh
pada kelompok-kelompok yang ada, bukan melalui individu-individu. Karena itu,
orang yang tidak berkelompok sangat sulit untuk mengakses kue pembangunan.
Kelompok Bukan Mie Instan
Setelah membentuk kelompok,
kader-kader PPP tidak boleh berpikir instan, seperti merebus mie instan lalu
menyantapnya. Artinya, setelah kelompok terbentuk, kita tidak bisa berharap
akan mendapatkan bantuan saat itu juga. Walau begitu, salah satu keberadaan
kelompok itu memang untuk menjaring bantuan yang halal dan legal, baik dari
arah yang disangka maupun dari arah “min
haistu la yahgtasib”. Namun selama bantuan belum datang, anggota kelompok
tidak boleh berputus asa.
Ini berarti, kelompok profesi itu
harus tetap melakukan kegiatan tertentu, meskipun belum ada bantuan dari pihak
manapun. Minimal, kelompok profesi mengadakan tukar pikiran setiap bulan
mengenai profesi yang digeluti bersama dan bagaimana memajukannya. Di saat
itulah, insya Allah, kelompok profesi
itu akan mendapatkan jalan keluar dari setiap persoalan yang menimpa
masing-masing anggota maupun persoalan kelompok profesi itu sendiri.
*Zubairi Hasan, Ketua Departemen Website dan Jejaring
Sosial DPP PPP Masa Bakti 2011-2015. Sahlul Fuad, Anggota Litbang DPP PPP
Masa Bakti 2011-2015.