Oleh: Arief Mudatsir Mandan*
Partai
Persatuan Pembangunan (PPP) dengan sadar meyakini bahwa kemerdekaan dan
terbentuknya Negara Republik Indonesia adalah atas berkat rahmat dan karunia
Allah SWT, sebagaimana disebutkan dalam Pembukaan UUD 1945. PPP berpendirian
bahwa bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam memiliki jiwa dan semangat
religious, yang terpancar dari nilai-nilai ajaran agama yang menjadi dasar
keyakinan dan menjiwai perikehidupan masyarakat Indonesia.
Berdasarkana
pemikiran tersebut, PPP berkeyakinan bahwa dengan nilai-nilai Islam sebagai
landasan perjuangan, partai tetap dan terus memiliki semangat religious. Untuk
itu PPP bertekad untuk memelihara, mempertahankan dan melestarikan jiwa dan
semangat religious Islami sebagai nilai dasar, sikap mental, dan tekad rakyat
untuk menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, mandiri dan maju.
Sebagaimana partai yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah rakyat, PPP
dalam seluruh program dan kegiatannya menitik beratkan kepada pembangunan
manusia seutuhnya secara rohaniah dan jasmaniyah yang dijiwai oleh keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah SWT.
Oleh
karena itu, PPP berpendirian bahwa nilai-nilai Islam harus menjadi sumber moral
dan etik, sumber inspirasi dan sumber motivasi dalam perjuangan pembangnan
nasional.
Namun
begitu, rumusan garis perjuangan PPP yang berazas Islam itu masih sangat
abstrak dan harus dituangkan dalam bentuk ideology yang siap dioperasionalkan
dalam segala gerak dan program partai.
Sebuah
ideology partai sesungguhnya harus mampu beroperasi dalam ranah kehidupan
sehari-hari, bahkan harus terlihat dominan dalam suatu tatanan social tertentu.
Karena ideology sebagai praktek kebudayaan relative memiliki otonominya
sendiri, dan dalam kondisi tertentu bahkan sangat sulit direduksi begitu saja
oleh kekuatan kelompok social politik maupun kelompok ekonomi manapun. Di sini
aspek doktrin dalam kepartaian PPP sangat diperlukan dan harus terus dicari
relevansinya dalam praktek kehidupan sehari-hari.
Ideology
PPP harus dapat dilihat secara nyata dalam praktek kebudayaan sehari-hari,
melalui berbagai variasi kehidupan nyata dalam masyarakat, misalnya dalam
bidang seni budaya kontemporer seperti sastra, puisi, seni lukis maupun
perfileman dan teater, serta musik kontemporer. Juga bias berbentuk seni
pertunjukkan rakyat seperti ketoprak, seni ludruk jawa timuran, jatilan,
wayang, maupun jenis kesenian rakyat lainnya yang begitu banyak tersebar di
seluruh wilayah nusantara. Bias juga dalam bentuk kegiatan budaya keolahragaan
dan sebagainya.
Dalam
kalangan Islam, ritual-ritual tertentu seperti istighosah, bahkan pengajian
rutin, kelompok yasinan, majelis taklim, juga bias bersifat ideologis, atau
dimasuki berbagai kepentingan ideologi. Ideologi juga dapat diimplementasikan
dalam bidang-bidang ekonomi dan kewirausahaan serta bidang perdagangan dan
industry. Ideologi dalam hal ini menjadi tidak lagi terpusat dan semata-mata
menjadi doktrin politik kekuasaan, melainkan juga tersebar dalam ranah
kehidupan keseharian, sebagaimana layaknya kekuasaan juga tersebar dalam
seluruh tatanan social masyarakat.
Jadi
dalam kesimpulan yang konkrit, partai seperti PPP ini harus bias hadir dan
terlibat ke dalam seluruh aspek kehidupan nyata di masyarakat dalam kerangka
ideologi yang islami. Seluruh proses kebudayaan yang berdimensi sangat luas itu
harus mampu dijangkau oleh PPP, masuk ke dalam wilayah ideologi, dan kemudian
menjadi kebudayaan yang Islami, untuk kemudian dipertahankan
keberlangsungannya.
Untuk
bias operasional, ideologi harus dimaterialkan, dalam arti harus diwujudkan
bentuknya yang konkrit dan nyata. Istilah material di sini jangan
disalahpahami, lalu dituduh sebagai konsep materialismenya kaum materialis.
Kita kaum muslimin juga punya konsep “serba wujud”, dalam arti sesuatu yang
konkrit, kasat mata, bias dilihat dengan mata kepala, sebagai padanan dari
konsep yang immaterial, abstrak, tidak terjangkau oleh mata kepala. Dalam dunia
yang fana ini selalu ada dua konsep yang berbeda satu sama lain, atau bahkan
berhadapan seperti konsep spiritual dan material, jiwa dan raga, fana dan baqa,
lahir dan batin, dan seterusnya.
Permasalahannya
adalah kita harus bisa mematerialkan konsep ideologi yang abstrak itu tetap
dalam kerangka yang Islami. Itulah tugas utama para pemimpin PPP dalam rangka
amar ma’ruf nahi munkar.