Sekularisme yang dalam bahasa Arabnya dikenal “al-’Ilmaniyyah”, diambil
dari kata ilmu. Konon, secara mafhum, ia bermaksud mengangkat martabat ilmu.
Dalam hal ini tentu tidak bertentangan dengan paham Islam yang juga menjadikan
ilmu sebagai satu perkara penting manusia.
Bahkan,
sejak awal, Islam menganjurkan untuk memuliakan ilmu. Tetapi sebenarnya,
penerjemahan kata sekular kepada “al-’Ilmaniyyah” hanyalah tipu daya yang
berlindung di balik slogan ilmu.
Sebenarnya
makna tersirat bagi sekular adalah “al-Ladiniyah” yakni tanpa agama atau
“al-Laaqidah” yakni tanpa aqidah.
Menurut
seorang tokoh pemikir Islam Prof. Dr. Yusuf al-Qardhawi, dalam tulisannya
tentang sekularisme, pernah menyebutkan bahwa Istilah “al-’Ilmaniyyah” dipilih
untuk mengelabui mata umat Islam agar menerimanya kerana jika digunakan istilah
“al-Ladiniyyah” atau “al-La’aqidah“, sudah pasti umat Islam akan menolaknya.
Sebab itulah kita merasakan betapa jahatnya penterjemahan sekular kepada
istilah “al-’Ilmaniyyah” dengan tujuan mengelabui mata dan betapa jahatnya
golongan ini yang ingin menutup perbuatan mereka tanpa diketahui oleh
kebanyakan orang.
Bagi
anak didik sistem sekular, mereka tidak malu-malu menerima dan mati-matian
mendukungnya kerana mereka memang telah diprogramkan untuk menyebarkan paham
sekularisme. Namun bagi ulama-ulama Islam yang faham hakikat kebenaran Islam,
mereka mati-matian pula menentang penyebaran fahaman ini yang jelas
bertentangan dengan hakikat Islam. Jadi sudah tentu berlaku satu pertempuran
antara pendukung sekularisme dan ulama-ulama Islam dalam mempertahankan
“hakikat” masing-masing.
Sekularisme antara Timur dan Barat
Tidak
mengherankan jika Paham sekularisme mendapat tempat di Barat. Ini bermula dari
pengekangan gereja dan tindakannya menyekat pintu pemikiran dan penemuan sains.
Ia bertindak ganas dengan menguasai akal dan hati manusia, dengan arti kata
lain segala keputusan adalah di tangan pihak gereja dengan mengambil kesempatan
mengeruk keuntungan dari pengikutnya dengan cara yang salah.
Eropa
pernah tenggelam dengan darah mangsa-mangsa pihak gereja ketika ratusan bahkan
ribuan orang mati di dalam penjara dan di tali gantung. Dengan sebab ini
berlakulah pertempuran antara gereja dan sains yang akhirnya tegaklah paham
sekularisme yang berarti “memisahkan agama (Kristen) dari negara”. Suasana
kacau balau dalam agama Kristen hasil penyelewengan yang terjadi didalamnya (ia
hasil dari perencanaan yahudi) memungkinkan tegaknya faham sekularisme di
samping agama Kristen yang sudah ada.
Sekularisme
disebarkan untuk keluar dari kungkungan gereja yang begitu mengekang
pengikutnya. Masyarakat Eropa tertekan dan dizalimi di bawah pemerintahan
gereja. Bagi pejuang sekular, mereka menganggap dengan berada di bawah kuasa
gereja mereka tidak akan mencapai kemajuan. Sebab itulah mereka memutuskan tali
ikatan diri mereka dengan gereja dan menjadi orang yang beragama Kristen hanya
pada nama tidak pada pengamalan agama.
Sekularisme
adalah suatu kepercayaan atau fahaman yang menganggap bahwa urusan keagamaan
atau ketuhanan atau gereja tidak boleh dicampurkan dengan urusan negara,
politik dan pemerintahan. Ringkasnya sekularisme adalah satu paham yang
memisahkan antara urusan agama dan kehidupan dunia seperti politik,
pemerintahan, ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Yang jelas menurut paham
sekular, soal bernegara, berpolitik, berekonomi dan sebagainya tidak ada kaitan
dengan soal agama atau gereja.
Apabila
paham sekularisme ingin dipindakan dari Barat ke Timur, golongan ini tidak
menyadari (secara sengaja atau tidak) suasana di Timur yang berpegang kuat
dengan agama Islam. Sudah pasti ia tidak sekali-kali merelakan pemisahan agama
(Islam) dari negara. Keadaan dalam Islam tidak sama dengan apa yang terjadi
dalam Kristen di mana sepanjang sejarah Islam tidak ada penzaliman terhadap
penganutnya. Begitu juga Islam tidak membenarkan pemisahan agama (Islam) dari
negara karena negara dengan fiqh Islam adalah bukan dua perkara yang
berasingan. Dalam Islam, agama tidak mungkin tegak dengan sempurna tanpa negara
yang akan menguatkan undang-undang agama. Dan tidak mungkin negara tegak dengan
baik jika tidak ada agama yang memandunya.
Hasan
Al Banna dalam “Majmu’ah Rasa’il” menegaskan bahwa Islam merupakan sistem
sempurna yang merangkum urusan kehidupan manusia semuanya. Ia merangkum negara,
kerajaan, rakyat, akidah, syariat, akhlak, ekonomi, keadilan, undang-undang,
ilmu, jihad, dakwah, kemiliteran dan lain-lain. Pendek kata tidak ada perkara
yang dibiarkan melainkan Islam merangkumnya. Al-Quran sendiri telah
menggariskan beberapa dasar umum untuk umat Islam dalam memandu kehidupan
mereka. Sebagai contoh dalam bidang akidah (lihat surah Ali Imran ayat 19),
bidang ibadat (lihat surah Al Baqarah ayat 43), bidang sosial (lihat surah
Al-Baqarah ayat 188), bidang politik (lihat surah Saba’ ayat 15), bidang
undang-undang pepemerintahan (lihat surah Al-Nisa’ ayat 59) dan juga
bidang-bidang yang lain.
Islam
sama sekali tidak bisa membenarkan penyebaran paham sekularisme disampingnya
dengan berbagi tugas antara keduanya yaitu, Islam hanya berfungsi di dalam
urusan akidah dan sekularisme pula berfungsi di dalam urusan syariat.
Perkara
ini tidak mungkin terjadi kerana Islam merupakan satu agama yang terkandung di
dalamnya akidah dan syariat sekaligus dan ia tidak membenarkan pemisahan ini
sebagaimana Islam tidak membenarkan tuhan-tuhan lain ditaati dalam bidang
syariah seperti ditaatinya Allah dalam bidang akidah. Allah telah menegaskan
dalam Al Quran bahwa agama yang diridhai-Nya hanyalah Islam. Firman-Nya yang
artinya, “Sesung-guhnya al-Din (agama) yang diterima di sisi Allah hanyalah
Islam”, (QS. Ali Imran: 19).
Jadi
untuk menyamakan Islam dengan agama Kristen dan usaha memasukkan pa-ham sekular
ke dalam Islam adalah satu kesalahan dan musibah yang besar. Islam tidak
seperti kristen, karena Islam datang dari Pencipta manusia yaitu Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Dia selamat dari cacat dan cela. Sedangkan kristen, pada
asalnya, agama tauhid tetapi telah diselewengkan oleh para tokoh agamanya untuk
kepentingan mereka.
Sekularisme
bukan berasal dari Islam dan Islam berlepas tangan dari paham kufur ini dan
tidak ada hubungan dengannya. Siapa saja dari umat Islam yang mengagungkan
sekularisme untuk memperoleh kemajuan dengan tidak perlu beramal dengan Islam
maka sangat membahayakan akidahnya.
Sekularisme
bukan hanya sekadar berpandangan “politik satu suku dan agama suku lain” tetapi
dengan menyempitkan ruang lingkup agama, itu juga termasuk dalam sekularisme
seperti beramal dengan Islam secara separuh. Apa yang memberi keuntungan dan
kemudahan diterima. Namun, manakala mendatangkan kesusahan ditolak. Sebab
itulah perbuatan ini dicela oleh Allah melalui firman-Nya yang artinya, “adakah
kamu percaya (beriman) kepada sebahagian kandungan Kitab (al-Quran) dan ingkar
akan sebahagiannya?” (QS. Al-Baqarah: 85)
Sebaliknya Allah
memerintahkan agar menerima Islam secara keseluruhannya melalui firmanNya yang
arti-nya, “wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
keseluruhannya”. (QS. Al-Baqarah: 208)