Oleh: H. Ison Basyuni*
Apa
yang saya maksud dengan “Politik itu Persepsi” di sini adalah bahwa
berbagai pandangan, pendapat, serta sepak terjang para tokoh PPP selama ini
akan membentuk persepsi politik seseorang tehadap apa – siapa – dan bagaimana
PPP. Persepsi adalah proses seseorang dalam menyerap dan mengetahui sejumlah
hal menegenai PPP melalui apa yang selama ini didengar, dilihat, dan diamati.
Karena itu, bagaimana seseorang mempersepsikan tentang PPP, tentu saja
akan sangat dipengaruhi oleh seberapa banyak dan berkualitas
informasi yang didapatkan mengenai PPP. Keterbatasan atau bahkan ketiadaan
informasi yang diterima akan membuat seseorang tidak mampu mempersepsikan
tentang PPP secara benar dan lengkap.Di sinilah letak soalnya: Bahwa
kelengkapan bangunan informasi mengenai PPP itu – tentu saja –
sangatlah ditentukan oleh kapasitas dan kapabilitas para elit partai
dalam mengomunikasikan dan menyebarserapkan gagasan-gagasan serta nilai-nilai
partai ke tengah masyarakat luas, dalam menyuarakan dan mendesakkan kepentingan
masyarakat, dan termasuk dalam bersikap dan perilaku di tengah pergaulan hidup
bermasyarakat.
Untuk
itu, maka tidaklah berlebihan jika para elit partai dituntut untuk mampu
memahami dan menghayati benar berbagai seluk-beluk partai, visi – misi
dan program perjuangan partai, karena merekalah sesungguhnya sosok
orang-orang yang telah teruji dalam mengalami proses tempaan pergaulan
berpartai; dan bukan orang-orang baru yang sekonyong-konyong dimunculkan
dari tempat lain dengan harapan dapat berperan banyak seperti
“dukun tiban”. Elit partai adalah”etalase”partai yang menjadi cerminan
partai di mana masyarakat dapat memberikan penilaian dan mempersepsikan tentang
apa dan bagaimana sesungguhnya partai itu. Mereka adalah para penggiat,
pengurus, serta anggota legislatif atau eksekutif dari partai bersangkutan
baik di level daerah maupun pusat yang sangat berperan dalam memberikan
corak dan guidance ke a rah mana partai akan dibawa dan menjadi penentu atas
maju-mundurnya partai.
Analisis SWOT
Persepsi
masyarakat terhadap partai ini penting kita tangkap dan fahami agar
selanjutnya kita mampu melakukan berbagai upaya penataan dan pengembangan
untuk merubah atau memperluas persepsi masyarakat serta meningkatkan
kinerja partai. Karena itulah, saya kira, kenapa Ketua Umum DPP PPP — Pak
Suryadharma Ali dalam Pidato Pengarahannya pada Pleno I DPP PPP di sebuah hotel
di Ancol, Jakarta, 21 Oktober lalu menegaskan mengenai pentingnya kita
dapat membuat Analisis SWOT terhadap PPP. SWOT adalah
suatu metodologi analisa yang dilakukan melalui cara memotret dan
mengupas sisi-sisi S – Strengths (Kekuatan2 yang dimiliki), W –
Weaknesses (Kelemahan2 yang ada), O – Opportunities (Peluang2yang
dimungkinkan), dan T - Threats (Ancaman2 yang dihadapi) Partai
Persatuan Pembangunan.
Pelaksanaan
analisis SWOT tentu saja tidak cukup hanya melibatkan para elit partai baik di
tingkat pusat maupun wilayah/cabang, akan tetapi justru penting melibatkan
berbagai kalangan secara berkelompok: pemilih pemula, kalangan pemuda, petani,
ibu-ibu anggota majlis ta’lim, para ustadz, pedagang pasar, dan sebagainya.
Pelibatan berbagai unsur secara berkelompok ini penting agar
pandangan-pandangan atau persepsi masyarakat terhadap PPP yang kita
jaring melalui pendekatan SWOT ini dapat kita peroleh secara lebih
komprehensif. Dan, dari hasil SWOT inilah selanjutnya diharapkan bisa
diolah menjadi masukan untuk bahan perumusan program dan kegiatan
pengembangan partai.
Kaderisasi
Akan
halnya kaderisasi, menurut hemat saya, pasti semua fihak sepakat bahwa
kaderisasi merupakan program penting yang tak bisa diabaikan oleh partai
politik. Rumusan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1985 menyebutkan bahwa
kader adalah orang yang diharapkan akan memegang peran yang penting di partai.
Sementara dalam Agendan dan Strategi Perjuangan PPP (Muktamar VII) ditegaskan
bahwa “Kaderisasi dalam partai adalah salah satu aktivitas utama yang
menandakan kelanjutan kehidupan partai”. …… “Tanpa kaderisasi, partai bagaikan
organisme yang sulit untuk bernafas apalagi untuk berproduksi”.
Demikian
strategisnya peran kader dalam partai, maka Pak Suryadharma Ali memberi “judul”
Pidato Pengarahannya pada Pleno I DPP PPP seperti tersebut di atas
adalah “Konsolidasi Menuju 12 Juta Kader 2014”. Bahwa salah satu langkah
Pemenangan PPP dalam Pemilu 2014 adalah dengan menyiapkan Kader Pemberdayaan
Desa sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) kali lipat dari jumlah TPS. Tentu,
ini merupakan tugas partai yang sangat menantang, yang — tidak saja
membutuhkan kejelasan peran dan koordinasi masing-masing pihak dari tingkat
ranting sampai pusat – akan tetapi juga pengerahan sumberdaya yang
sangat besar !
Meskipun
kita tengah menyiapkan kader dalam jumlah yang sangat besar, hal penting
lain yang tak bisa diabaikan adalah bagaimana pengembangan persepsi masyarakat
terhadap PPP oleh para elit partai sebagaimana diuraikan di atas juga terus
dilakukan. Termasuk dalam kaitan ini adalah bagaimana kita dapat merawat para
kader dan tokoh PPP yang telah kita miliki, sehingga di satu sisi kita tidak
hanya larut dalam kegiatan-kegiatan penyiapan kader baru, tapi di sisi lain
luput dalam memberikan perhatian terhadap kader-kader yang lama yang barangkali
persepsi mereka terhadap partai pun sudah berubah.