Pada 23 November tahun 101, wilayah Rumania direbut Imperium Romawi. Sejak itu Romawi menguasai Rumania hingga tahun 1453, setelah Imperium Utsmani menyerang wilayah tersebut dan mendudukinya. Sebagian wilayah Rumania juga dikuasai Austria sampai tahun 1877, yaitu ketika Rumania mengumumkan kemerdekaannya. Rumania terletak di tenggara Eropa dan berbatasan dengan Rusia, Hongaria, Bulgaria, dan Yugoslavia.
Kemudian pada tanggal yang sama, Thomas McMahon dijatuhi Hukuman Mati. Tepatnya pada 23 November 1979, Thomas McMahon, seorang anggota Tentara Republik Irlandia (IRA), dijatuhi hukuman seumur hidup karena merencanakan dan memasang bom yang menewaskan Lord Mountbatten dan tiga orang lainnya. Lord Mountbatten, dikenal sebagai pahlawan Perang Dunia II yang masih kerabat dengan Ratu Elizabeth. Pembunuhan Mountbatten tersebut merupakan serangan pertama IRA terhadap keluarga kerajaan Inggris. Kita tahu, IRA adalah gerakan separatis yang ingin memisahkan bagian utara Irlandia dari kekuasaan Inggris dan menyatukannya dengan kawasan selatan Irlandia yang independen, yaitu Republik Irlandia.
Di lain cerita, Fernando Magellan Tewas juga pada 23 November. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1521. Fernando Magellan, adalah pelaut Spanyol termasyhur. Pada tahun 1519, dia memulai ekspedisi penemuan wilayah baru dengan lima buah kapal. Ketika sampai di pantai Amerika Selatan, ia menemukan selat yang kemudian diberi nama Selat Magellan. Melalui selat ini, Magellan dan pasukannya mencapai Lautan Teduh, namun di laut ini mereka kelaparan dan tersesat, sampai akhirnya mencapai Philipina. Akibat turut campur dalam urusan internal kaum pribumi Philipina, Magellan dan anak buahnya terlibat dalam pertempuran dengan kaum pribumi. Dalam pertempuran ini, Magellan dan sebagian besar anak buahnya terbunuh. Pelaut yang tersisa hanya 18 orang, dan hanya dengan satu kapal, mereka kembali ke Spanyol.
Sementara, pada 23 November 1873, Hanoi, ibu kota Vietnam itu Jatuh ke Tangan Perancis. Perancis sejak pertengahan abad ke-19, berusaha memperluas wilayah jajahannya. Kehidupan rakyat Vietnam yang saat itu diliputi kemiskinan, semakin diperburuk oleh eksploitasi Perancis. Meskipun imperialis Perancis membawa kemajuan di bidang transportasi, komunikasi, dan industri, namun secara keseluruhan Prancis hanya sedikit membawa kemajuan bagi rakyat Vietnam. Pada tahun 1930, seorang tokoh revolusioner didikan Moskow, Ho Chi Minh, mendirikan Partai Komunis Indocina yang mengorganisasi perjuangan kemerdekaan Vietnam secara luas. Pada tahun 1954, pemerintah Perancis bersedia mengadakan perundingan damai di Geneva dan akhirnya Perancis bersedia menarik pasukannya dari Vietnam.
Masih terlalu banyak untuk menyebutkan rentetan peristiwa—yang mungkin bagi sebagian kalangan tidak penting—tapi yang benar-benar pernah terjadi, sebagai bagian dari “sejarah”. Tentu saja sejarah tidak bisa datang dengan sendirinya. Sejarah selalu memiliki latar dan sebab. Sebagaimana disebutkan Hegel, bahwa manusia adalah makhluk yang menyejarah. Artinya manusia, selalu mengalami proses menjadi dalam kesejarahan. Lalu, sejarah apa yang terjadi pada hari ini?
Dengan singkat mungkin kita akan mengatakan tidak ada. Hari ini, kemarin, atau mungkin di masa-masa yang akan datang tetap biasa-biasa saja. Sejarah telah habis sejak Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 lalu. Sejarah kita telah lewat seiring dengung Proklamasi yang dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta 17 Agustus 1945. Atau mungkin sejarah telah lewat ketika orde lama digantikan orde baru dan kini orde reformasi. Kini, kemana sejarah kita? Kita seringkali beranggapan bahwa sejarah merupakan satu peristiwa “penting” yang terjadi. Seolah, sesuatu yang tidak penting, tidak dapat dikatakan sejarah.
Menciptakan Sejarah
Dalam ranah filsafat, sejarah merupakan satu hal integral yang berpengaruh dalam memahami dan mengkaji kesejatian dan peradaban manusia. Sejarah dipandang bukan hanya pada masa lampau namun juga menjadi unsur perubahan dari masa ke masa. Hegel, sekali lagi memandang bahwa sejarah merupakan suatu kondisi perubahan atas realitas yang terjadi, dia pula menyatakan sejarah menjadi sebuah hasil dari dialektika, menuju suatu kondisi yang sepenuhnya rasional.
Dr. Arbi Sanit pernah menyebutkan, tidak ada peristiwa politik tanpa adanya setting politik. Ungkapan ini secara sederhana memberi makna bila kita menghendaki satu peristiwa; apapun itu, baik peristiwa politik, sosial, budaya, hingga agama, selalu dimulai dengan sebab-sebab yang melatarinya atau dimulai dengan upaya-upaya tertentu. Dan realitas saat ini bisa kita saksikan bersama di semua bidang, relitas di sekitar kita telah bicara dengan sendirinya pada kita, manusia, sebagai makhluk sejarah.
Sejarah yang selalu menempel pada diri kita adalah sejarah bangsa yang selalu latah menerima tradisi luar yang belum tentu sesuai dengan kita. Sejarah yang biasa kita hirup adalah sejarah sikap malas dan selalu bergantung pada pihak lain. Kemandirian yang konon selalu digembor-gemborkan dan dibangga-banggakan kini hanya tinggal catatan “sejarah”. Belum lagi sejarah akan sikap kita yang tidak bisa legowo dan pasrah bila dalam satu kontestasi kita mengalami kekalahan. Ketika kita mengikuti suatu perlombaan atau bentuk kontestasi apapun diasumsikan kita bukan saja siap untuk menang, tapi juga siap untuk kalah. Sekali lagi, sejarah adalah rentetan peristiwa yang tidak pernah selesai. Meski mungkin kita tidak menghendaki terlibat di dalamnya, kita tidak bisa mengelak dari setiap fakta sejarah. Bahwa bila semua dapat menjadi penyebab keberlangsungan semua hal “bobrok” dalam sejarah ini, maka kita juga berada di antaranya.
Sadar atau tidak. Meski tak bisa disebutkan semuanya, tapi paling tidak, dalamnya jurang kemiskinan, pemerataan yang masih menjadi mimpi jauh, pendidikan yang tidak bisa dinikmati semua pihak, hilangnya jaminan keamanan, intoleransi antar umat beragama, hingga tersumbatnya kebebasan dalam mengaspirasikan pendapat, dan seterusnya merupakan rangkaian sejarah yang terjadi dimana kita berada di dalamnya. Bukankah nasib suatu kaum akan berubah atau tidak, tergantung dari langkah-langkah yang kita perbuat? Akhirnya, peristiwa sejarah apa yang akan kita perbuat hari ini? Juga hari-hari yang akan datang? Mencerahkan atau malah menggelapkan? Mari kita ciptakan sejarah, meski dimulai hanya dengan berterima kasih kepada orang yang telah membesarkan kita. Meski hanya sekedar membuang sampah pada tempatnya. Hingga menciptakan sejarah untuk mengatakan anti pada korupsi!
* Penulis adalah kader PPP di Kabupaten Tegal.